Gerhana Di Bumi Rohingya oleh Musa Bin Masran

 Kumpulan Puisi “Gerhana Di Bumi Rohingya”

oleh Sabahuddin Senin.

(61 Puisi)

 

1.Mimpi Anak rohingya

 

Sejak terakhir

anak Rohingya ini 

didatangi mimpi

kepulangan mereka 

ke tanah Arakan.

 

Ia melihat

Arakan bertahan 

dari segala musim

rimbanya masih perkasa

gema suara 

memanggilnya pulang

sungainya tetap mengalir.

 

Kehijauan desa dan

langitnya tetap mesra

bau buminya, utuh

airnya dingin

kerinduan Rohingya 

hidup dalam mimpi.

 

Kota-kotamu

melambaimu pulang

dan mimpi Rohingya 

Arakan, tanah leluhur

abadi.

 

Mimpi anak Rohingya 

hidup sepanjang zaman.

 

Nilai

Disember 2016

 

 

2. Nur Yang Bersimbah, Rohingya

 

Ketika ummah dizalimi

kau mencari perlindungan                                              

pada langit dan gelombang lautan

menyeberangi sempadan

mencari suaka.

 

Malammu menjadi panjang

dan siangmu dalam ketakutan

di hujung jalan itu mungkin

bersembunyi soldadu Myanmar.

 

Tiap simpang dan lereng bukit

alir sungai dan lembah hijau

dan pohon-pohon rimba telah

membuka jalan Rohingya bersembunyi.

 

Langit meminjamkan bulan dan

matari pabila kamu dalam ketakutan

mimpi rohingya hidup

kedamaian Arakan  gunung tak runtuh

rimbamu adalah jiwa berpaut

pada panah-panah malam

nur yang bersimbah dalam

hidup rohingya.

 

Nilai

Disember 2016

 

 

3. Gema Suara Rohingya Menganggu Tidurmu

 

Puisi-puisi ini lahir

seperti bumi yang tersentuh

air hujan dalam kalbu penyair

kata-kata yang membina kalimat

menjadi gema suara pabila melihat

kezaliman pada tindakan lalu

berjatuhan tubuh-tubuh dan mayat

tak berwajah, terbakar hanggus.

 

Kegilaan yang tak terkawal

membuka halaman sejarah hitam

dan akan tinggal dan terpahat

pada dinding-dinding bangsamu

satu pengkhianat atas nama bangsa

menjadi laknat di malam panjang.

 

Gema suara Rohingya

telah menganggu tidur saudaramu

dalam doa-doa tengah malam

telah mengerakkan hati nuranini

panah-panah langit turun

pada sasaran.

 

Puisi-puisi ini ditulis

atas solidaritas kemanusiaan sejagat

kezaliman harus berhenti

Myanmar, kamu harus mendengar

suara hatimu

dan kembali pada kedamaian

itu, keselamatan yang terjamin

pada bangsa yang beradab.

 

 

4. Pesan Ma Rohingya

 

Apa yang ingin ma sampaikan

padamu Nak?

tiada selain mimpimu

tentang Arakan tak akan pernah

musnah

sekalipun penderitaanmu

mendorongmu ke penjuru

kamu, samasekali tidak akan melupakan

bumi leluhur dan dirimu Rohingya.

 

Ketika kamu telah dewasa dan

berkeluarga, ini pesan ma

kamu sampaikan pada anakmu.

Mimpi arakan biar tetap segar

dalam kalbumu.

Dan mereka tak akan bisa

merebut mahkota ini.

Kasihmu pada bumi leluhur

hidup abadi sepanjang zaman.

 

Di mana pun kamu berada

kamu tetap Rohingya dan

seorang muslim.

Sebagai Rohingya

cinta pada perdamaian

bukan satu jenayah.

 

Seribu kali mereka menzalimmu

kamu tak akan berganjak sebagai

Rohingya.

Mereka menyayat tubuhmu

tapi kalbumu tetap Rohingya

kesabaranmu akan mengalahkan

musuhmu.

 

Nilai

Disember 2016

 

5.  Kita Harus Sepakat Membela Rohingya

 

Arakan aku telah dipaksa meninggalkanmu

memandang langitmu kali terakhir

melangkahi sempadan tanpa tau

bila akan kembali ke bumi leluhur.

 

Tiap kali pertanyaan itu mencuat

ke permukaan aku kelelahan menjawabnya

yang pasti memang hidup dan juang

membebaskan diri dari malam panjang.

 

Penderitaan  Rohingya telah kamu dengar

musuh-musuhnya makin buas

pembersihan etnik Rohingya di bumi Arakan

kejahatan telah merebak seperti api tak terkawal.

 

Pembelaan dan perlindungan

Rohingya, jangan terlambat

kita harus sepakat memberhentikan

kejahatan regim Myanmar atas Rohingya.

 

Nilai

Disember 2016

 

6. Hijrah

 

Tak pernah kamu mimpikan

hari ini di tanah asing terlantar

menunggu tuah dan kasih

setelah kamu bertarung meninggalkan

tanah leluhur.

 

Kamu memburu kerdip cahaya

perjalanan panjang tak menentu

merangkak dalam kegelapan pekat

dilambung gelombang mencari pelabuhan

damai.

 

Mereka mencipta kebencian terhadapmu

sibuk menabur fitnah dari lidah

dan amarahnya melangkah langit

tak berhenti, impian jahatnya terus

menghukum dan memimpikan syurga.

 

Di tanah penungguan

kamu berdoa sebagai golongan

yang dizalimi

ketika kamu memilih jalan ini

kerana keselamatanmu tak terjamin

di tanah leluhur.

 

Nilai

Disember 2016

 

 

7. Jenayah Kemanusiaan Atas Rohingya

 

Kami tak merelakan gelombang

jenayah kemanusiaan menghempas

daratan Nusantara dan menconteng

kedamaian bumi damai ini dan

menjadi ranjau di halaman rumah

Nusantara adalah bumi beradab

dan persaudaraan kukuh.

 

Ketika kamu terjebak kegilaan

para pandit di wilayah Rakhine

dan memilih jalan kekerasan

menghapuskan etnik Rohingya

Kami tak akan berdiam diri

Kami tak akan membiarkan

jenayah kemanusiaan di

bumi Nusantara.

 

Kerosakan dan kemusnahan

kamu timpakan kerana

ia seorang Rohingya

dan mendera siang dan malam

memburu dan membunuh

kamu tak pedulikan

kemarahan komuniti  antarabangsa.

 

Pemimpinmu membiarkan

kejahatan di bumi Myanmar

api terus membakar dan

mengorbankan Rohingya

dan melakukan apa saja

kegilaanmu tanpa batas adab

kemanusiaan.

Siasah burukmu tak akan

Nusantara membiarkan langitnya

tercemar dan buminya dibakar

jenayah kemanusiaan.

 

Nilai

Disember 2016

 

8. Golongan Minoriti Rohingya

 

Golongan Minoriti Rohingya

tetap dipelindungi

langit dan buminya

rimba dan halaman rumah

kamu tak berhak menuntut

yang bukan hak dan apa lagi

menzalimi kerana ia sedikit

berbeda pandang dan kepercayaan.

 

Kamu diperingatkan

hadirnya panah-panah malam

turun

amarah dan tindakan licikmu

tak akan pernah melukai tubuh

sebuah kebenaran dan

samawi tak akan membiarkan

pelakuan majnun ini

harus berhenti.

 

Ketika kamu memperkosai

Golongan Minoriti Rohingya

alam pun mencari sasaran

perubahan musim datang

amaran

api kekerasan akan redah

kedamaian di bumi Arakan.

 

Nilai

Disember 2016

 

9. Persaudaraan Dan Kasih Sayang

 

Saudaraku memandang langit

mencium bumi lalu meninggalkan

kampung halaman

tanah leluhur, tanah air.

 

Saudaraku berdoa sebelum 

memulai perjalanan jauh

merintasi benua berlenggang

dengan gelombang

mendaki gunung salji

berjemur di bawah matahari saga

maut datang seperti panahan petir

mengena sasaran.

 

Saudaraku mencari daratan damai

pulau jauh di lautan teduh

gunung bertahan tempat berlindung

memeluk rimba yang kasih.

 

Saudaraku, wajah pendatang malam

pada saudaramu Ansar

pintumu senantiasa terbuka

meraihmu dengan kasih

dan menjamumu 

dan menyiapkan ranjang

tempat beristirehat malam itu.

 

Saudaraku, yang tak bernama

dan berwajah manis

pelayanan ala kadar

demi kemanusiaan sejagat

persaudaraan dan kasih sayang.

 

Nilai

Disember 2016

 

10. Suaka

 

Ketika ratapan dan derita suaramu

tak didengar dan penderamu makin

bernafsu dan api fitnah khianat menjadi

nafas pemburumu

lalu kau berhenti bercerita dan

meninggalkan bumi leluhurmu

menjauh dari siasah jahat.

 

Kau melihat perbatasan seperti

tak terjangkau

tanganmu melambai angin

meraih kasih di tanah seberang.

 

Di khemah pelarian

hujan turun mencurah

matamu mencari sinar

di langit mendung

ke mana setelah ini

di bawa arus lautan

tersesat di pergunungan salji

memburu mata angin

atau terporok di tanah lumpur.

 

Penantian panjang

kebimbangan merimbun

dalam mimpi dan impian

suatu hari menunggu

datang panggilan

melangkah benua baru

 

Nilai

Disember 2016

 

11. Siang Yang Khianat

 

Kedatangan mereka suatu siang bukan sebagai tamu

wajah-wajah berang dan bukan bersahabat

masuk ke halaman menerja dan mendera

seperti membongkar rimba sampai ke akar.

 

Walaupun kebenaran kata-katamu

dari kalbu yang kasih dan tawajuh

tuduhan-tuduhan bagai tombak-tombak

yang dilontarkan dari mulut celaru.

 

Siang yang khianat

penghuni rumah dibawa pergi

tangan digari dan kepala menunduk

meninggalkan halaman ke destinasi tak beralamat.

 

Di sini hak dirimu telanjang

suaramu didiamkan

kamu tak ada pilihan

tamumu bertukar menjadi algojo.

 

Nilai

Disember 2016

 

12.  Lafazkan

 

Lafazkan kerana kata-kata tak pernah

melukai yang mendengarkannya

ia begitu lunak dan menggetarkan

kalbu yang ingin  mendengar.

 

Suaramu hidup abadi seperti air

pelepas dahaga panjang dalam musim kering

perubahan musim ada syafaat

pada musafir yang pulang ke riba-Mu.

 

Samawi menurunkan kasih

pada bumi yang ketandusan

panah-panah malam hadir

dalam tiap kata-kata.

 

Tiap pendakian pada gunung bertahan

menyingkap pengorbanan dan salam

kebenaran kata-katamu tak akan

musnah dan hanggus dimakan waktu.

 

Nilai

Disember 2016

 

13. Rohingya, Kemenanganmu Adalah Takdir

 

Langit dan Bumi Nusantara

bagai dipukul bertalu-talu

samawi mengirimkan malaikat

turun menjadi pelindungmu, Rohingya.

Dendam amarah Myanmar

biksu Ashin Wirahtu turun tangan

meniup api kebencian di tanah Arakan

maut berjatuhan

kegilaan tanpa sempadan.

 

Aung San Suu Kyi berselindung

di sebalik mimpi

ingin meraih mahkota kemenangan

tampuk pimpinan bangsanya.

Ketika kezaliman Rohingya

memuncak di bumi Myanmar

ia pejamkan mata dan diam

melihat jenayah kemanusiaan

atas Rohingya tanpa berkata.

 

Kejahatanmu telah

melangkau Nusantara dan dunia

derita Rohingya

pencabulan hak asasi

pemerkosaan wanitamu

pembunuhan sadis

telah membuka pintu solidaritas

persaudaraan sejagat

mengutuk perbuatan durjana

dan khianat ini,

 

Arakan o Arakan

kau dalam mimpi  Rohingya

hidup dalam jiwa anak-anak Rohingya

kedamaian kalbu Rohingya

ketika dirimu bebas dari

kekejaman dan penindasan.

 

Musuh-musuhmu akan kalah

kerana kesabaranmu adalah kekuatan

ketika disatukan dengan doa-doa

golongan yang dizalimi,

akan mengoncang  pintu samawi

dan kemalaratan dan maut menjadikanmu

bangsa yang bebas dari dendam kesumat.

 

Tidakkah pemimpin Myanmar malu

melihat keburukan bangsanya

membasahi tangan dengan darah Rohingya

dan membiarkan wajah-wajah celaka

bermaharajalela dalam kegilaan

Jenayah Kemanusiaan ini.

 

Komuniti Antarabangsa menyaksikan

Jenayah Kemanusiaan ini.

Kamu tak akan dapat berselindung

dari malam panjangmu.

Ketika PPB melindungi Etnik Rohingya

dan Mahkamah Keadilan Dunia bertindak

Myanmar bergelut dalam banjir lumpur sendiri.

 

Rohingya, Rohingya

Rohingya, Rohingya

 

Kesengsaraanmu akan membinamu menjadi kuat

di bumi dan langit mana sekalipun kamu berada

Arakan tetap dalam jiwa ragamu

kasih sayangmu akan memelihara dan pelindung

generasi Rohingya akan datang.

Esok bulan purnama muncul di Arakan

dan mimpi-mimpimu menjadi benar

kejahatan dan Jenayah Kemanusian tak akan

bertahan dan musuh-musuhmu kehilangan

landasan berpijak di bawah langit biru.

Gerhana berlabuh di bumi Myanmar

kegilaannya tunduk pada keadilan dan damai.

 

Rohingya, kemenanganmu adalah takdir

membalas kekerasan dan maut bukan senjatamu

biar wajah-wajah Rohingya senantiasa senyum

dan malam-malammu berhibur dan

memanggil Tuhan di Singgahsana dengan

lafaz-lafaz kasih dan rindu dalam himpunan

doa-doa tawajuh.

 

Nilai

Disember 2016

 

14. Tangis Doa

 

Seteru kekerasan telah mara

dengan seribu massa

menyerbu dengan lontaran

batu dan das tembakan

gema suara berpadu

mengancam dan

tanpa peduli keamanan.

Penghuni masjid

bertarung menghalang

gerakan derhaka

komplot durjana

nafsu galaknya tak bisa

dihadang dan mereka sudah

nekad ingin membuat kerusuhan

dan Jenayah Kemanusiaan.

 

Jelas kedatangan mereka

bukan untuk berdamai dan

perundingan.

Api dendam amarah

dari lidah

dan kegilaan telah sampai

ke puncaknya.

Membakar dan memusnahkan

dan mencari target

korban kebencian mereka.

 

Mereka tak mempedulikan

ia adalah bangunan masjid

dan ancaman itu sampai

titik, biar gedung ini menjadi

abu dan

membunuh sekali ahli suffah

dan sesiapa saja.

 

Penderitaanmu ini telah

membuka pintu samawi

dan menjawab tangis doa

mereka yang teraniaya.

 

Nilai

Disember 2016

 

15. Hentikan Kekerasan

 

Kamu telah memelihatkan pada dunia

kehebatanmu sebenarnya hanya

sebuah pamer dan keributan

Lidahmu lancang mengobarkan

kebodohan dan bohong.

 

Kecintaanmu sebenarnya kulit luaran

dalam jiwamu tak ada sedikit pun

ketakutan pada samawi

malah kamu terus mencipta

keributan yang mengerakkan

hati nurainimu  tenggelam dalam kegelapan.

 

Katamu, demi kasih dan

anak bangsa lalu

kamu berkeliaran seperti

binatang jalang dan buas

menerkam dan membunuh

mangsa kebenaran.

 

Kamu makin galak

dan haus darah

senjatamu dendam kesumat

dan merelakan dirimu

terjebak dalam Jenayah Kemanusiaan.

 

Hentikan kekerasan

dan permusuhan yang kamu ciptakan

perosak ummah dan

kemanusiaan sejagat.

 

Nilai

Disember 2016

 

16. Golongan Ekstremis

 


Ketika langit purnama kau conteng

halaman rimba dibakar hanggus

gema suara mengetuk pintu samawi

perundingan menemukan jalan mati.

 

Kasih sayang telah menjadi hambar

kamu melihat jiranmu binatang buruan

dan tak memilih usia, jantina, waktu

mata kapakmu siap membunuh.

 

Rintihan dan penderitaan mangsamu

tak akan menghentikanmu mendera

kata-kata biadap dan retorika

menggayang sepuas-puasnya.

 

Kebencian telah menjadi api buas

kamu menjadi sadis dan algojo

penyerangan massa didalangi

golongan ekstremis bertopeng agama.

 

Nilai

Disember 2016

 

17. Kedamaian Abadi Memberikan Hak Rohingya

 

Di mana pun di pojok dunia

langit luas bumi leluhur

kekuatan dan pengaruh kamu

tak akan mempermainkan

golongan kecil lalu menggerakkan

roda kehidupan seperti bumi persada ini

hanya pemukimnya kamu.

 

Ketika keberanianmu menjadi api

membakar dan memusnahkan

nasib dan masa depan Rohingya

kamu conteng dan kezaliman

beramai-ramai meniupkan api

ke tanah Arakan.

 

Kamu membakar rumah Rohingya

mencekik leher anak dan wanita

tubuh-tubuh Rohingya hanggus

kehormatan gadis Rohingya

kamu cabuli

dan kejahatan-kejahatan tak ada batas.

 

Kamu bertindak algojo

tanpa ada kasih dan ketakutan

pada hari esok yang menanti

Kamu yang melihat dan menyaksikan

peristiwa tragik ini

tak berkata apa-apa malah

mengiyahkan kebiadapan bangsamu.

 

Tidakkah kamu melihat akan datang

gempa yang dahsyat melanda

bumi Myanmar.

Mengapa kamu tak menyelesaikan

segalanya di meja kedamaian?

Jalan sederhana yang terbaik

bagi bangsa beradab.

 

Kalau kamu ingin melihat

kedamaian abadi

menerima Rohingya dan

memberikan haknya.

 

Nilai

Disember 2016.

 

 

 

18. Golongan Minoriti Rohingya

 

Golongan Minoriti Rohingya

tetap dipelindungi

langit dan buminya

rimba dan halaman rumah

kamu tak berhak menuntut

yang bukan hak dan apa lagi

menzalimi kerana ia sedikit

berbeda pandang dan kepercayaan.

 

Kamu diperingatkan

hadirnya panah-panah malam

turun

amarah dan tindakan licikmu

tak akan pernah melukai tubuh

sebuah kebenaran dan

samawi tak akan membiarkan

pelakuan majnun ini

harus berhenti.

 

Ketika kamu memperkosai

Golongan Minoriti Rohingya

alam pun mencari sasaran

perubahan musim datang

amaran

api kekerasan akan redah

kedamaian di bumi Arakan.

 

Nilai

Disember 2016

 

19. Doa-Doa Rohingya

 

 

Kau melihat duka lara Rohingya

langit kalbumu menitis di lantai

kemanusiaan

penderitaanmu telah mengetuk

pintu nilai sejagat

kekerasan dan dendam akan gagal.

 

Selama ini Myanmar

di sudut penjuru sendiri

ketika kau diterima

hidup berbangsa

di rantau nusantara

dalam satu malam

kau merobek layar

kemanusiaan sejagat

menzalimi Rohingya.

 

Demonstrasi hari ini

persaudaraan ummah

tiap bangsa punya hak hidup

Rohingya, kau warga dunia

dan bangsa  cinta pada kedamaian.

 

Jauh di bumi Rohingya

suara-suaramu menjadi buruan

ketika tubuhmu dizalimi

kau tak pernah mengaduh

api yang membakar

tubuh Rohingya menjadi dingin.

 

Rohingya,

kebijaksanaanmu adalah

kekuatan

dan doa-doamu dari kalbu

orang yang teraniaya.

 

 

Nilai

Disember 2016

 

 

20. Rohingya, Rohingya

 

 

Kita seperti melupakan sejarah

kebencian dan penghapusan ethnik

hujungnya adalah kekalahan dan

tunduk pada kedamaian.

 

Ketika kegelapan menutupi

pandanganmu

mimpi buruk datang

dalam tidurmu.

 

Kau memilih kezaliman

dan kejahatan berada

pada puncak.

Massa digerakkan

Rohingya, hakmu dirampas.

 

Satu bangsa yang

beradab

bertukar wajah pada satu malam

pemburu maut

di lorong-lorong kota

di desa-desa Arakan

mendera Rohingya.

 

Kau diperingatkan

tak selamanya kau

berada di atas

membakar musuh-musuhmu

merogol wanita Rohingya

menyiksa sampai menyeberang

sempadan.

 

Rohingya, Rohingya

solidaritas langit dan bumi

satu rasa dan satu bantahan

Regim Myanmar,

hentikan kegilaaan ini

kembali pada kedamaian.

 

Nusantara tak akan berdiam

PBB saksi kejahatanmu

aung san suu kyi,

melihat keburukan bangsamu

dan menyepi.

 

Rohingya, Rohingya

kesabaranmu mengalahkan

kebuasan Rakhine

dan pendeta-pendeta dirinya

sebenarnya hewan

ratapan Rohingya di malam panjang

telah bersambut.

Rohingya, kau tak sendiri.

 

Nilai

Disember 2016

 

 

21. Langit Merah Di Bumi Rohingya

 

 

Myanmar,

para pendeta turun

sebagai penabur fitnah

maut memburu Rohingya

Arakan, dalam kepayahan

kau bertahan

kemanusiaan  terseret dalam

lumpur Rakhine.

 

Mereka ingin  mematikan suaramu

dan menghilangkan jejak di bumi

leluhurmu.

Kegilaan ini tanpa ampun

kezaliman bertahta

ditubuh-tubuh Rohingya

wanitamu dicabul

mayat berjatuhan dalam

rumahmu.

 

Raksasa haus darah

keganasan ini

merubah Myanmar

kau telah

mencipta mimpi-mimpi gerun

penderitaan Rohingya

telah mengetuk pintu

kemanusiaan sejagat.

 

Bangsa-bangsa beradab

mengingatkan

siasahmu membawa

kehancuran

suara majoritasmu

hanya membina tembok-tembok

aung san suu kyi

kehilangan kata landasan

berpijak.

 

Ektremis ashin wirathu

pendeta Budha

menyalakan api

tiap halaman Rohingya

bumimu bergolak

sempadanmu menjadi panjang.

 

Rohingya,

langit dan bumi telah

menghidupkan mimpi

dan harapanmu

sejarah perjuangan

dan

penderitaanmu

menyingkap tabir samawi.

 

Nilai

Disember 2016

 

 

22. Rohingya, Kau Akan Menang

 

 

Jangan kau tanya

apakah kota kelahiran ini

telah berhenti dari bermimpi

dari hujung dan seluas jangkauan

suara-suaramu hilang.

 

Layar kedamaianmu

bagai kain yang robek

waktu telah menjadi pudar

luka-lukamu makin parah.

 

Kemanusiaan seperti

permainan siasah

dan tukang sulap

maut berjatuhan.

 

Kata-katamu

telah menjadi pedang

yang membunuh

di siang durjana.

 

Rohingya

api amarah itu

tak akan menyentuh

jiwamu.

 

Kau akan menang

kerana tak akan mengalah

kurun ini atau esok

segala telah kau perhitungkan.

 

 

 

23. kuntum-kuntum Harapan Rohingya

 

Kau menjalin cintamu pada langit

kuntum-kuntum harapan turun

menyimbah bumi leluhur

kekalahan ribuan tahun tertebus.

 

Jalan lurus membawamu

pada kemenangan abadi

janji-janji yang termaktub

pada-Mu musafir berteduh.

 

Rohingya, terjangmu tak kendur

pada malam durjana

siang yang parah

musuhmu masih bertualang.

 

Kasyaf di siang benderang

mimpi-mimpi bulan purnama

kedamaian kalbu yang reda

mata meredup doa orang dizalimi.

 

Nilai

Disember 2016

 

 

24. Mimpi Rohingya

 

Rohingya,

Kau adalah gunung kurnia

bumi melindungimu

langit mampan dan lautan

halamanmu berteduh.

 

Ketika kau diburu

alam menjadi tembuk

mengabui mata pemburumu

sungai-sungai membawamu

lembah damai.

 

Arakan melambaimu

kau bukan sendiri

penderamu kehilangan jejak

ketenanganmu telah tergugat

kau terbuang dari tanah leluhur.

 

Pendita Ashin Wirathu,

dari mulutnya

kebohongan dan api membakar

dan gelap mata

tapi ia diam dan merelakan

kerosakan dan pembunuhan

Rohingya di siang jerebu.

 

Aung San Suu Kyi

menconteng langit kedamaian

dan membuka pintu

datangnya kegelapan panjang

Myanmar, bumi menyaksikan

kebiadapan dan maut

padamu Rohingya.

 

Myanmar, kau melepaskan

raksasa di angkasaraya

dan tanah-tanah Rohingya

kau masih buta

demi waktu, malapertaka

kau ciptakan menjadi

tombak-tombak menusuk

pulang ke dirimu.

 

Nilai                                         

November 2016

 

 

25. Air Mata Rohingya

 

 

Rohingya,

Kau adalah gunung kurnia

bumi melindungimu

langit mampan dan lautan

halamanmu berteduh.

 

Ketika kau diburu

alam menjadi tembuk

mengabui mata pemburumu

sungai-sungai membawamu

lembah damai.

 

Arakan melambaimu

kau bukan sendiri

penderamu kehilangan jejak

ketenanganmu telah tergugat

kau terbuang dari tanah leluhur.

 

Pendita Ashin Wirathu,

dari mulutnya

kebohongan dan api membakar

dan gelap mata

tapi ia diam dan merelakan

kerosakan dan pembunuhan

Rohingya di siang jerebu.

 

Aung San Suu Kyi

menconteng langit kedamaian

dan membuka pintu

datangnya kegelapan panjang

Myanmar, bumi menyaksikan

kebiadapan dan maut

padamu Rohingya.

 

Myanmar, kau melepaskan

raksasa di angkasaraya

dan tanah-tanah Rohingya

kau masih buta

demi waktu, malapertaka

kau ciptakan menjadi

tombak-tombak menusuk

pulang ke dirimu.

 

Nilai

November 2016

 

26. Gema suaramu, Rohingya

 

Rohingya,

Gema suaramu telah telah melewati sempadan

kami mendengarkan lagu penderitaanmu

hingga ke dalam mimpi malam-malam buruan

bagai sembilu tajam yang menghiris-hiris kalbumu.

 

Ketika peradaban bangsa runtuh kerana

dendam amarah dan kejahatanmu makin buas

kegilaan yang tak terkawal telah

nanti akan menghukum dirimu sendiri.

 

Rohingya, kesabaranmu adalah samawi

kecemburuannya tak akan merelakan

kebiadaban dan kezaliman musuh-musuhmu

melantun sebagai boomerang memusnahkan tuannya.

 

 

27. Rohingya, Meraih Kasih Saudara Ansar

Rohingya, tak usah kau gusar

sekalipun mereka ingin menghiris sukmamu

malam durjana ini akan berakhir

dan kedamaian kembali ke rimba Arakan.

 

Kemenangan anak bangsamu

hidup dalam jiwamu sejak kau lahir

dan kau akan bertahan sepanjang kurun

kejahatan akan kehilangan landasan.

 

Biar cintamu merangkum seluas benua

kasih sayangmu akan menghapuskan api dendam

ketika matahari musim semi di ufuk samawi

kemenanganmu sebagai bangsa merdeka.

 

Biar airmatamu menitis dalam sujud dan doamu

kata-kata dan tindakanmu tak akan membalas

siasah khianat yang memisahkanmu

kerana kau akan berdiri di lahan kedamaian.

 

Ketika kezaliman turun sebagai wabak

kau telah menyeberangi sempadan

sebagai muhajirin datang berhijrah

dan meraih kasih dari saudara Ansar.

 

Kuala Lumpur

2015

 

*Disiarkan Harian Ekspress 25 Disember 2016

 

28. Rohingya, Kesabaranmu


Keramaian desa-desamu dalam satu malam

berubah wajah seperti halaman yang ditinggalkan

kau tak melihat mata jiranmu ketika lalu

api amarah membakar tanah Arakan.

 

Kau telah membunuh mimpi-mimpi Rohingya

menyiksanya seperti haiwan buruan dan

jalan pulang telah ditutup dan kau

menjadi algojo yang paling kejam.

 

Rohingya, duka-laramu lambang kesabaran

semangat hidupmu tak akan dipadam

sejarah bangsamu dan persaudaraan sejagat

telah hidup dalam mimpi Rohingya anak-anak bangsa.

 

Kezaliman yang ditimpakan padamu

akan pulang kepada mereka

dan kemenangan yang diraih itu

hanya bertahan dalam waktu sedetik.

 

Rohingya, kesabaranmu akan melukai

musuh-musuhmu yang durjana

dan mereka tak akan bertahan

kerana bumi sendiri tak akan merelakan.

 

Nilai

Oktober 2016

 

*Disiarkan Harian Ekspress 27 November 2016

 

 

29. Rohingya, Ceritamu Belum Berakhir

 

Bumimu hanggus di siang hari

kau saksikan bagaimana kata-kata 

menjadi puing-puing dan gema suaramu

makin jauh menyeberang sempadan.

 

Pabila kedamaian sukmamu terbang 

mimpi Rohingya seperti abu di bawah 

telapak kaki durjana di malam dendam 

mengintai dari segala penjuru.

 

Kau berlari ke tanah sempadan

hutan khatulistiwa seperti melindungimu

sampai ke negeri sumur mata air

sesekali menoleh kalau jejakmu ditemukan.

 

Ketika gunung seperti telah tertawan

dan puncak kedamaian itu hampir kau capai

mereka memulangkanmu kembali ke dalam

jaringan musuhmu  menunggu dengan amarah murka.

 

Rohingya, kulihat bulanmu luka-luka dan 

walaupun mereka ingin kau hanggus menjadi debu

gema penderitaanmu suara yang tak dapat 

didiamkan atau dihilangkan dari sejarahmu.

 

Nilai

 

November 2016

 

*Dikirimkan untuk siaran Utusan Borneo 24 November 2016

 

30. Rohingya, Bersuara Dan Melangkah*

 

Mereka telah memburumu dari segala penjuru
tanah di bawah tapak kakimu terlalu kecil
mencari tanah persembunyian.
Degup nafasmu terlalu keras dan cepat
sampai terkesan di telinga Petualang Malam.

Malam panjang telah turun di tanah Rohingya
kegelapan seakan tak ingin melepaskan
tempurung kepalamu
Matamu memandang langit
mencari purnama yang terbakar dan hanggus.

Di tebing kecil ini seorang ibu melepaskan
anak sulungmu dengan sayap-sayap doa
bertarung dengan gelombang
angin monsun dan angin baliung.
Ia, seorang ibu yang mengubati
rindunya dalam mimpi yang tak menetas.

Dari lautan anak sulung
terdampar ke tanah lumpur
ke hutan penyeludup ke tanah seberang.
Tiap petang
seorang ibu mendatangi tebing kecil
memandang laut luas
membual pada langit selatan
semoga ada arus menyampaikan anaknya
ke tanah benar dan kasih.

Laut Bengala dan Selat Melaka
seperti menyulam mimpi Rohingya
di tanah sempadan ini
suaramu mengetuk gendang telinga.
Kalau ia tak melihatmu, Rohingya
tapi, lihatlah tidurnya mulai gelisah.

 

31.Kapal Sarat Anak-Anak Rohingya*

 

Di tengah lautan
kapal terapong kehilangan arah
dan pelabuhan menjauh.

Kapal kematian ijin ini
di pinggiran Lautan Hindi
walaupun hujan telah berhenti
tanah daratan tak tergapai mata.

Di dalam perut kapal
sarat penumpang anak-anak Rohingya
diam
seperti rampaian laut
yang berhanyut
mereka adalah anak lelaki
waris keluarga terakhir
memimpikan tanah daratan
atau pulau impian.

Kapal kehilangan tenaga
langit Khatulistiwa seperti memberi
isyarat ke arah mana kapal ini
harus belayar.

Alam seperti tak terusik
kapal sarat penumpang anak-anak Rohingya
Adakah angin malam dan gelombang kasih
membawamu ke tepian?

Bibir merekah dan kulit terkupas
gema suaramu terkandas di langit-langit
lamunanmu pada lautan
bila hujan akan turun sedingin air
terjun Kinabalu?

Di laut sempadan jauh dari
tanah daratanmu
anak-anak Rohingya masih berharap
datangnya gelombang besar
mendorongnya ke Tanah Seberang.

 

32. Arwah Ibu Rohingya*

 

Anakku, kau usah takut pada langitmu
yang diconteng dengan kegelapan malam
penuh dengan raksasa yang meraung dan
mundar-mandir di Tanah Peribumimu.

Itu hanya bayang-bayang tanpa ruh
menderamu lupa tentang harga dirimu
sekalipun seribu malam diciptakan
memenjara dirimu supaya kau lupa
tanah leluhur dan dirimu Rohingya.

Mengapa sampai kehilangan arah
raksasa ini makin ganas dan zalim
seperti tak ada yang dapat menahan
mendung awan beralih dari langitmu
pemerkosaan anak gadis Rohingya
terbawa lumpur ke negeri malam.

Wahai anakku, ke mana kau pergi
buka jendela dan pintu rumahmu
biarkan siang datang membawa harapan
dan anak bangsamu Rohingya bukan
anak tak berbangsa di tanah Arakan.

Ketika langit damai, anak Rohingya
dapat mencium harum bunga di taman
cahaya siang adalah dinding sukmamu
kau tak akan berada dalam kegelapan
raksasa hanggus dalam peralihan zaman
kau dibebaskan di atas podium waktu.

 

33. Budak Rohingya di Khemah Pelarian*(HE)

 

Hujan Khatulistiwa mengurung
anak-anak Rohingya
di khemah-khemah pelarian
di sempadan.
Siang terasa panjang
dingin menusuk tulang-belulang.

Di dalam khemah ini
ada seorang budak lelaki, gundah
gundah memandang keluar
tapak-tapak kaki di atas lumpur
ada yang telah ditenggelami air.

Lalu budak lelaki itu duduk melipat
kertas buku membuat kapal terbang
sambil bercerita sendiri tanpa pendengar.
Ia bayangkan kapal terbang angkasa raya
penumpang adalah dirinya sendiri.
Ia nekad akan berlepas sekalipun
cuaca buruk.

Khemah Pelarian Rohingya ini
digenangi air, hujan belum berhenti
jelas semua Rohingya ketiduran.

Budak lelaki itu membesarkan
bunyi suara mulutnya
kapal ini akan berangkat
lalu ia pilotnya sendiri melingkari
langit dan tanah perbatasan.

Ia melihat Arakan, tanah leluhur
kapal terbang kertas melayang
di langit biru
timur ke barat langit perbatasan
dihirupnya udara sambil melihat
desa-desa Rohingya yang kosong.

O Arakan, aku datang kepadamu
O Arakan, namamu tak akan kulupakan

Hutan Khatulistiwa
menyimpan rahsia leluhur Rohingya
kau tak akan dapat dipisahkan
dengan bumi Arakan.
Kapal terbang kertas naik ke atas
udara monsun lalu menjunam ke bawah.

Langit ini adalah langit Rohingya
bumi Arakian adalah tanah leluhur Rohingya.

Ketika hujan Khatulistiwa menampar pipinya
ia telah berada di luar khemah.
melihat kapal terbang kertasnya
menjunam ke bumi
jatuh ke dalam lumpur jalanan
khemah Perbatasan Pelarian Rohingya.

*Disiarkan oleh Harian Ekspress 17 Mei 2015

 

34. Pemuda Rohingya Di Kota Lunsur

 

Di Kota Lunsur ini, siang rebah satu demi satu
malamnya ia seakan terlempar ke cakerawala

tanpa kuasa pulang
ke tanah leluhur.

Sukmanya merontah-rontah mau ke mana
di kota lunsur ia bagaikan terpenjara
kegelisahan telah mencapai puncak.
Di tengah-tengah kesibukan kota
ia lupa dirinya seorang Rohingya,
Pendatang Malam.

Ketika ekor gelombang menghempas
Perut kapal
ditelan gelap malam dan deru angin lautan.
Ia tak menyangka ada pantai dan tanah darat
di pinggir mata.

Ia adalah pemuda terakhir desa Arakan
tiap malam igaunya pada ibu dan adik perempuan
bulan gerhana di Arakan
mereka menjadi binatang buruan
di tanah peribumi dan di tanah sempadan.
Sejak itu ia merindukan pada purnama
yang di langit Myanmar.

Di Kota Lunsur
ia mengharapkan pertemuan itu
meskipun bulan malap di perbatasan
suara ibu terbawa angin makin menjauh
dan jejak adik perempuan tak ditemukan.

 

 

35. Rohingya, halamanmu lautan luas

 

Kapal patah kemudi
gelombang telah mendamparmu
ke tengah lautan
langit gelap
suaramu hilang
di Teluk Andaman.

Tanah daratan kau tinggalkan
malam itu
telah menjadi gumpalan
masa silam.

Kau masih mengharapkan
pelabuhan teduh
atau sebuah pulau persinggahan
lenggang kapalmu
seperti dipukul sepanjang malam
kesabaranmu telah menipis.

Kau, adalah pendatang malam
di tanah leluhurmu kau
pelarian dan bangkai busuk.

Rohingya, halamanmu lautan luas
kau masih mengharapkan
kembang purnama di langit sukma.

 

 

36. Kamu anak keturunan Rohingya

 

Apa yang ingin kuceritakan padamu
apakah kau ingin melepaskan masa silammu
melemparkannya lalu menjadi
desa yang ditinggalkan
kehilangan penghuni mengungsi
entah di bumi dan langit mana?

Di sini anak pertamamu telah lahir
tumbuh membesar menjadi orang kebanyakan
di pasar raya ibukota.
Rohingya asal-usul bangsamu
desamu di perbukitan yang indah
kini daerah rawan yang kosong.

Kamu anak keturunan Rohingya
semudah itu kau melupakan
jilid sejarahmu yang berdarah
kezaliman yang disembunyikan
dalam gua tamadun manusia.
Lidahmu dipotong dan mimpi-mimpi
dimusnahkan.

Di tanah asing matarimu bersinar terang
tapi sukmamu merontah
kerana dirimu telah kehilangan
tanah leluhur, tradisi dan budaya Rohingya
Ke mana anak Rohingya selepas ini?
tenggelam dalam hiruk-piruk
layan sendiri mengaut keuntungan
putar belit orang kota.

Cerita apa yang ingin kau dengar
tentang perjuangan Rohingya
ribut badai Teluk Andaman
kapal tanpa Nahkoda dan anak kapal
terombang-ambing di malam durjana
tanpa wajah
tanpa dokumen.

Rohingya sekali lagi namamu disebut
supaya sejarahmu tak akan dilupakan.

 

37. Rohingya, Matamu Mengirim Isyarat

 

Terapung di tengah lautan
karam di sempadan negeri
menatap wajahmu
antara hidup dan mati
kemanusiaan seperti bola
yang ditendang ke sana ke mari.

Sebenarnya kau telah puas menangis
air mata menitis ke dalam lautan
tapi raunganmu hilang dalam
samudera
matamu mengirimkan isyarat.

Ya Rabbi, cukuplah sudah kesengsaraan ini
biarkan kami melangkah ke tanah dataranmu
kami telah puas berhanyut
mimpi-mimpi kami telah lama
hanggus di khemah-khemah pelarian
atau desa-desa Arakan.

Kami minta perlindungan
suaka luar negeri
tapi tak ada telinga yang mendengar
kejahatan petualang malam
masih datang membakar
dan memusnahkan sukma
dan mimpi-mimpi Rohingya.

 

38.Gadis Rohingya

 

Kau telah banyak menangis
masa silammu penuh raksasa
bau tanah kelahiranmu
dan hujan hutan Khatulistiwa
kejutan ngeri di malam durjana.

Siapakah petualang yang masih
terus menghajar dan memburumu
kau datangi rimba supaya melindungimu
tapi, celakanya rimba jati
telah ditebang orang.

Kau meratap tangis tanah kelahiranmu
bagaimana aku dapat membuat kubu
sedang kegilaan mereka terus mendarahi
hak kemanusiaan sejagat.

Kau pilih samudera
membawa impian dan sisa-sisa mimpi
berhanyut tanpa arah tuju
berharap esok arus lautan
mendamparmu di tanah daratan merdeka.

 

39. Anak Rohingya

 

Ketika laut kematian angin
ijin kapal telah berhenti
langit seperti negeri kenyangan
tak terjangkau.

Matari seperti batu-bara di atas kepala
anak Rohingya memejam mata
melepas sayap imaginasinya ke cakerawala
terbang tinggi-tinggi mencari benua baru
atau sempadan yang belum dipunyai.

Ia bayangkan Aladin dengan piala ajaib
konsentrasinya digandakan
beri aku tiga pilihan
setelah itu aku tak akan memintamu.

Sosok tubuh di atas dek
seperti terpanggang dan kelaparan
menusuk sampai ke hulu hati
bibirnya kering dan suaranya melemah.

Matanya masih terpejam
Ia mencipta seribu satu  watak pilihan
yang tak akan pernah dikalahkan
dalam medan pertempuran ciptaan
imaginasinya.

Kapal Pelarian Rohingya
berlenggang dibawa arus
matari telah condong
mereka masih menelek rahsia esok
atau lenggangnya sampai di sini
tak kemana-mana.

 

40. Adakah Perubahan Di Langit Rohingya

 

Dengarkan langit jika ada perubahan
adakah cuaca Arakan telah meredah
laut masih bergejolak di laut Andaman
tapi, kau masih menuruni lembah
menyeberang sempadan.

Di tengah malam kau masih gundah
dan menjerit sekalipun suaramu tak sampai
tanah seberang terasa jauh seakan
kau tak akan dapat ke tepian
kapal ini telah kehilangan kuasa
tapi penumpangnya memburu kejora.

Sudah berapa hari kapal ini berhanyut
gema suara penumpang mulai melemah
walaupun kau masih memanggil
gelora lautan tak akan berubah
kau terapung menunggu arus bertukar arah.

Rohingya, kesabaranmu dituntut
samawi mengirim pelangi dan hujan
gerak lautan menghantarmu ke daratan
gelombang suaramu terbang tinggi
membawa harapan ke benua baru.

 

41. Tanah Merah Rohingya

 

Tanah merah  di tanah Rohingya
mengalir sampai ke perbatasan
debu desa-desa di gunung Arakan
langitmu jerebu dan bau hanggus
puing-puing kesabaranmu masih berdiri.

Kau bawa mimpimu dari gunung
menuruni lembah menyeberangi sungai
ke Teluk Andaman dan lautan luas
kau rela bergelut dengan samudera
badai dan angin atau tenggelam
di dasar laut dan langit biru.

Tak akan selamanya musim tengkujuh
tanah khatulistiwa akan berubah
kau tak akan melupakan tanah merah
impian dan harapanmu hidup dalam mimpi
dan tak akan pernah kau lepaskan
sekalipun mereka menutupi langitmu
dengan mendung tebal.

Gerhana di langitmu di malam kelam itu
telah sampai ke puncaknya
kerana malammu akan berubah
laut akan tenang dan angin akan bertukar arah
Rohingya, tanah merah masih dalam genggamanmu.

 

42. Langkah Kaki Rohingya Tak Berhenti

 

Bumi, kau telah menyaksikan kelahiran bayi ini
diberi nama dan keturunanmu dipanggil
Rohingya, pemukim Arakan daerah pergunungan
di tanah peribumi kau tumbuh membesar
dan rimba khatulistiwa ini saksi
kehadiranmu dari masa silam.

Siapakah kamu ingin mengupas kulit wajah
dan menghilangkan identiti bangsa Rohingya
lalu menconteng sejarah dan mengosongkan
pendetamu keluar sebagai raksasa berkeliaran
siang malam dalam keadaan lapar dan buas.

Di bumi peribumi langit kita junjung
kasih-sayang telah kehilangan mimbar
api nafsi amarah menjulang ke langit
kau tak ingin mendengar isyak derita
datangnya dari bumi Arakan.

Di semak dan sungai orang masih
turun memburu dan tanah Rohingya masih merah
hujan yang turun membawa lumpurnya
jauh ke dalam perbatasan dan lautan samudera
langkah kakimu tak berhenti berkelana.

 

 

43. Rohingya, Nyalakan Api Impianmu.

 

Hari ini kau melihat unggun api
datang berkumpul di selokan
suara-suara itu seperti api sedang membakar
mereka menjadi kekuatan perosak
tanpa memilih jantina dan usia.

Siapa yang dapat menahan api amarah
ketika menyala lalu membakar
deretan dan bangunan batu
segalanya berjalan cepat
kesabaranmu ikut terbakar.

Rohingya, kini kau tak melihat unggun api
jelas kau terdampar di samudera lautan
merelakan segalanya kau tinggalkan
dalam keadaan terpaksa
di sini tendangan ombaknya
tak akan membawamu terlalu jauh
arus lautan berputar-putar
di negara jiran.

Air matamu telah kering
mimpimu telah senyap
sukmamu bertahan seperti gunung
kesabaranmu menyingkap pintu samawi
keributan ini akan beredar
Rohingya, usah pernah kalah
di tanah peribumi atau di lautan samudera
nyalakan api impianmu.

 

44. Kapal Kertas Rohingya Belayar Di Lautanmu

 

Belayar kapal kertasmu
di atas gelombang lautan
Kau telah meninggalkan tanah Arakan
menyeberangi sempadan
angin teluk Andaman telah
membawamu ke Selat Melaka.

Terapung kapal kertasmu
menantang arus menuju ke negeri lepa-lepa
kau adalah nahkoda kapalmu
tak ada tangan yang menolakmu
berani menconteng langit biru
dan meroboh pelabuhan sukmamu.

Demi kehormatan Rohingya
belayarlah kapal kertasmu
membawa rindumu ke purnama
bebas dari jerebu api Myanmar
dan dirimu tetap Rohingya.

Mereka tak akan bisa menenggelamkan
kapal kertasmu dan sukma Rohingya
tidak sekarang dan esok
kemenangan seorang musafir
kesabaran bertahan pasti gerhana berlalu.

 

45.Ayah Rohingya Di Khemah Perbatasan

 

Mata hujan masih belum berhenti
di khemah perbatasan Bangladesh
seorang ayah memandang awan tebal
seakan mengirimkan pesan
tak ada jalan pulang
dan tak ada jalan keluar
mimpinya telah jatuh terhempas
lautan pun tak akan tergapai
desanya telah kosong
hanya ngongong anjing berkeliaran.

Matanya memandang terus
keluarganya yang lelap
bunyi perutnya seperti guntur
sampai bila tebing ini akan bertahan
langit Rohingya hujan belum berhenti
fikirannya seperti dahan kayu
terkandas di sungai sukma.

Ia seorang ayah seperti sampah
yang terbawa harus
ke mana, jalan buntuh di hadapan
Penyesalan seperti anak panah
menusuk-nusuk ke jantungnya.
Esok seperti tak akan terangkat
terlalu berat gunung yang didaki
dan sungainya deras untuk diseberangi.

Ia tak akan mampu bicara
sejauh mana dapat mereka angkat
mimpi dan harapan
terperosok di dalam limbo
kepaknya telah patah dan basah
tapi, monsun darat daya telah
berbisik ke telinga lautan dan laut Andaman
Angin dari Arakan  menerbangkan jerebu tebal
sampai ke sempadan
anjing-anjing pemburu masih lepas kurungan.

Seorang ayah Rohingya
terkandas di Khemah Pelarian
tiap malam ia meratap
dan ingin berpatah balik ke tanah leluhur.

 

46. Rohingya, Di Lidah Pendeta Ashin Wirathu*(UB)

 

Dari mulut Ashin Wirathu keluar lidah api
bahan apinya fitnah dan kebencian
di jalan-jalan dan lorong-lorong malam
jatuh korban anak-anak Rohingya
terbakar hanggus maut di tali gantungan.

Siang yang membakar
bergelimpangan bayi-bayi Rohingya
dan bau mayat-mayat hanggus
bergelimpangan di atas jalanan
tiada upacara ugama

ibu tua dan gadis Rohingya
terkerat-kerat luka parah
bumi seperti tersiram cuka
darah Rohingya.

Hari ini kamu didera seperti hewan
hayunan parang dan kapak jatuh
menyimbah bumi Rohingya.

Rohingya, pendeta Ashin Wirathu telah
turun mengipas bara api dan membakar
halaman dan mimpimu.
Mengapa Rohingya? Aung San Suu Kyi, Mengapa diam
di bibir pendeta tiada gema suara kasih-sayang
dalam sukmanya ada serigala penuh dendam.

 

Kuala Lumpur

2015

*Disiarkan Utusan Borneo 27 November 2016

 

47. Salam Rohingya Kepada Peribumi

 

Saudara peribumiku, maafkan aku kalau kau mencium
bau busuk tubuh ini kerana telah berhari-hari
dimakan matahari di tengah lautan.

Aku tak akan tersindir kalau kau menutup hidung
lalu menghulurkan sebotol air mineral dan sebungkus nasi
rasa malu tak kuhiraukan lagi kerana kelaparan.

Kau belum tau kami selama ini
Rohingya, orang tak berbangsa
mereka membunuh Rohingya
dan mengosongkan tanah Arakan.

Bukan kemahuan kami melangkahi sempadanmu
pendeta-pendeta semankin lancang suaranya
bahasanya kesat, kurang ajar dan lucah
dan telah menyesatkan negeri berbangsa-bangsa.

Kami digulung gelombang samudera
daratan tampak seperti menjauh dan impian kami
seperti tercampak ke dalam lautan yang dalam.

Saudara peribumiku, kau telah memberikan
tanah untuk kami, Rohiongya berpijak
dan langit untuk kami pula menyematkan
mimpi pada bintang malam.

 

48. Rohingya seperti Bola Ping Pong

 

Sampai bila Rohingya bisa bertahan
di lautan samudera dan langit terbuka
Mengapa menutup pintumu?
Suaramu tambah lancang dan sombong
tiada yang dapat meramal esok
giliran siapa yang terumbang-ambing
patah kemudi dan terbawa arus
atau tenggelam tanpa berpaut.

Mengapa tidak kamu berikan sebuah Pulau
persinggahan sementara ketika cuaca bertukar
Rohingya bukan bola ping-pong yang
kamu pukul sesuka hatimu
Samawi telah menggerakan sukmamu
Badai laut dan gelombang samudera
tenang dan damai
burung-burung laut berdatangan
hinggap di atas dek kapalmu.

Rohingya, gema suaramu telah
menusuk-nusuk seperti anak panah
ke dalam kalbu
Pendeta-pendeta mulai mengigit lidahnya
dan tak berhenti
tak ada kedamaian ditemui dalam malam meditasi
jiwanya kacau dan merontah di malam igau.

Kesabaranmu pasti terubat
Rohingya, tangan samawi turun membelai
kepala anak-anak dan isterimu
Kamu tak akan sendiri
arus lautan akan membawamu ke destinasi
langit  adalah bumbnungmu ketika panas terik
Rohingya, kamu bukan bola ping-pong.

 

49. Rohingya Di Mata Aung San Suu Kyi*(UB)

 

Kehebatan apakah itu?

Ketika kamu diberi
lampu sorot dan pentas kamu diam
seperti tunggul reput di pinggir jalan.
Diammu itu hanya memberi laluan
rasis pendeta dan penyokongnya
mundar-mandir seperti algojo
menjatuhkan hukuman.

Kamu telah menconteng langit Rohingya
meregut tanah di bawah telapak kakinya
duduk di atas pagar lalu mengira untung
malam panjang di langit Myanmar
jalan ke Arakan, bumimu merah
tapi, kamu masih tak berkata diam.

Rohingya,
kedua tangan Aung San Suu Kyi
telah melepaskanmu
petualang bangsa melaungkan slogan.

Aung San Suu Kyi,
penganiyaan Rohingya harus berhenti
tak lama lagi cuaca bertukar musim
tapi, kegelapan masih mengurungmu.

 

Kuala Lumpur

2016

*Disiarkan Utusan Borneo 27 November 2016

 

50.  Mengenang Mereka Sempena Refugee Day.

 

Ketika langit tersingkap dan bumi terkuak

rahsia tragik itu terbongkar tanpa selindung

rimba memberi kesaksian dan isyarat nyata

kejahatan pemerdagangan manusia ditangkap.

 

Kezaliman yang akhirnya mengorbankan

pendatang malam mencari suaka ke tanah asing

dunia melihat kejahatanmu di Wang Kelian

kerakusan dan tamak serakah menjerat diri sendiri.

 

Pulang kalian dalam satu liang lahad tanah Tualang

mangsa kejahatan pemerdagangan manusia 

dan kematianmu akan diingat sebagai peringatan

dunia tak akan dapat menerima konspirasi jahatmu.

 

Di bawah Pohon Sena kalian disemadikan

purnama di langit cahayanya di atas kuburan

pernah kalian ingin memburu pelangi impian

kemerdekaan dan jati dirimu dan hak sebuah bangsa

 

51. Rohingya dan Tanah Lumpur*

 

Suaramu tertimbus di perbatasan
lumpur khatulistiwa membalutmu
langkahmu telah terputus
dan menemui jalan mati.

Pepohonan rimba saksi
malam penderaan itu
kau tak mendengar ombak laut
angin telah menukar arah
menjauh dari hutan khatulistiwa.

Rohingya, jauh dari tanah Arakan
berpauh pada tanah curam
mereka telah menggelapkan matamu
lalu mencipta langit mimpi
tanjung harapan dalam tidurmu.

Impianmu, kau tak mengira langkah kakimu
menyeberangi sempadan
dan selamat.
tapi perintah itu
telah meregut purnama di puncak gunung
menconteng pelangi bertukar mendung
pada sukmamu.

Di tanah lumpur ini
terkubur cerita Rohingya
suatu perjalanan yang tak kesampaian.

 

Kuala Lumpur

April 2016.

*Dikirim untuk siaran Utusan Borneo 24 November 2016

 

 

 

 

52. Exodus Rohingya

 

Perlahan-lahan berkumpul Rohingya
mengalir dari kota dan tanah Arakan
menuju ke sempadan
dan lautan luas.

Rohingya mencari kedamaian
pada langit dan berhanyut pada lautan
ketika malam turun
igau Rohingya ke tanah asing
menuruni lembah dan berlindung
di rimba raya.

Perjalanan ini jalan sehala
jalan pulang telah dihadang
berkurun-kurun Rohingya
memburu mimpi di bumi kelahiran.

Mereka telah menanggalkan
kehormatan dan hak Rohingya
gema suaramu melintasi langit Nusantara
dan negeri bumi bersahabat.

 

Kuala Lumpur

Januari 2015

*Dikirim untuk siaran Utusan Borneo 24 November 2016

 

 

53. Kelangsungan Hidup

 

Menghukum, katamu? Mata angin bergerak menurut

kemahuan

Lahar gunung meletus kerana tepat pada waktunya

langit dan lautan bergolak bumi bertahan

sejak ribuan tahun

tiap kejadian terpulang bagaimana

mata hati menafsirkan.

 

Sebenarnya kita semakin gundah dalam

kandang sendiri.Melihat kenyataan dari

penglihatan, sedang mata telah rabun

dan otot-ototmu telah kebas dan melemah.

 

Yang melihat dan merasakan

atau yang melihat tanpa berbuat

sama melihat dan duduk di atas pagar.

 

Menghukum? Bukan jawabnya. Yang

difikirkan dan yang dilakukan harus

berjalan sejajar. Kebenaran tak boleh

dalam samar-samar atau disembunyikan.

 

Aku tertegun, ketika  langkah dan

bicaramu jadi kasar dan keras. Seakan

sejarah dilupakan. Sepatutnya kita

mengambil iktibar.

 

Kau merasa terpanggil berkata sesuka

Mengapa kita masih berkata setelah

percakapan ditutup.

 

Sekali kau melafazkan perang

aku membalasmu kedamaian

kerana di situ tersimpan hikmah

kelangsungan hidup.

 

Kota Kinabalu

20 March 2013

 

54. Jalan Kemenangan

Kekerasan tak akan merubah kalbu

menukar iman dan keyakinan ini

kecantikan cahaya kebenaran

tak akan pudar sampai akhir zaman.

 

Kejahatan yang kamu lakukan

samasekali tak akan menukar

purnama menjadi kegelapan

pada malam gerhana.

 

Kamu hanya mendorong dirimu

pada lubang dalam yang kamu

ciptakan sendiri ketika kegilaanmu

tak terkawal.

 

Kebenaran tak akan dapat diconteng

suatu bangsa beradab tak akan terjebak

ikut dalama permainanmu

keadilan dan damai itu sebenarnya jalan kemenangan.

 

Nilai

Disember 2016

 

55. Malam-Malam Derhaka

 

Apalagi yang ingin mereka lakukan selepas ini

bara api dalam kalbu  masih meluap tak puas

amarahnya gunung berapi ingin melutus

selama ini kemahuannya tak sampai.

 

Tiap air kebaikan yang turun di tanah kering

menumbuhkan tunas baru membuahkan

yang manis dan terpilih

sekalipun masih ada bersembunyi dalam gelap.

 

Rencana jahat di malam-malam derhaka

tak akan berputik hanya buih di laut berombak

tapi tetap gegabah dan berhelah dengan siasah

permainan di lapangan ria dan riak.

 

 

Nilai

Disember 2016

 

56. Mimpimu Pada Arakan

Sebatang sungai memisahkan

tanah leluhur dan negara tetangga

kau berdiri di pinggir sungai

memandang ke tanah seberang

tentera Myanmar melihatmu.

 

Sungai ini menentukan

kebebasan yang kau mimpikan

atau maut yang menolakmu

ke dalam sungai.

 

Kau mendengar das tembakan

arus sungai membawa ke tengah

pemburumu makin galak

melepaskan tembakan

dalam remang petang

kau bertarung, tenggelam timbul

menggapai tanah seberang.

 

Tanah Rohingya langit Arakan

melepaskan anak-anak leluhurnya

dari kekejaman tentera

penghapusan etnik Rohingya

dan Jenayah Kemanusiaan.

 

Dalam samar kegelapan

kau berenang seperti anak anjing

mencapai tanah seberang

keinginan hidup dalam dirimu

mendorongmu.

 

Amarah tentera Myanmar

masih kedengaran mencari

jejak-jejak bayangan Rohingya

tanah sempadan ini

terus didatangi pendatang malam.

 

Ketika kau tiba di tanah sempadan

sungai ini ujian terakhir

Rohingya ke tanah kebebasan

dan mimpimu

pada Arakan hidup

dalam pembuangan.

 

Nilai

Disember 2016

 

57. Sungai Naf

Ketika malam samar-samar

kau

pendatang malam

menyusur dada sungai Naf

 

Bulan keletihan

kau tak bisa mendiamkan

degup jantung

tiap langkah adalah

pertarungan.

 

Ada bot ronda arah depan

cuba membaca permukaan

arus

tentera Myanmar telah

sampai di pinggir sungai.

 

Di sini kalian harus berpisah

setelah berhari-hari

bersama dalam buruan.

Arakan telah melepaskanmu

dengan payah

sekali lagi kau dengan

payah melepaskan

yang kau kasihi.

 

Kuala Lumpur

2016

 

58. Damai

 

Hanya  satu kata

lafaz dari lidah

cinta pada kemanusiaan

dari jiwa yang bersih

tanpa ada noda

melekat pada dinding kalbumu.

 

Berita maut

dan kemusnahan

tindakan kegilaan

tak ada hubungan dengan

Tuhan.

 

Memanggil nama suci

dengan kekerasan

dan maut

melakukan kelakuan jahil

hanya tindakan majnun

harus dibantah dan dicabut

sampai ke tunjang.

 

Kamu yang memakai

nama agama

dan menghubungnya

dengan Islam harus

berhenti,

pilihanmu memilih

kezaliman tak akan

melahirkan damai

hanya kematian

hanya kematian.

 

Di dataran terbuka

di bawah langit ini

kami membantah

dan hentikan

pelakuan jahil dan

tindakan kekerasan

derhaka dan durjana.

 

Kedamaian adalah

landasan berpijak

dan biarkan gema suara

kasih berkumandang

tiap pelosok bumi.

 

Nilai

Disember 2016

 

59.  Panggilan Pada Kedamaian

 

Hanya  satu kata

lafaz dari lidah

cinta pada kemanusiaan

dari jiwa yang bersih

tanpa ada noda

melekat pada dinding kalbumu.

 

Berita maut

dan kemusnahan

tindakan kegilaan

tak ada hubungan dengan

Tuhan.

 

Memanggil nama suci

dengan kekerasan

dan maut

melakukan kelakuan jahil

hanya tindakan majnun

harus dibantah dan dicabut

sampai ke tunjang.

 

Kamu yang memakai

nama agama

dan menghubungnya

dengan Islam harus

berhenti,

pilihanmu memilih

kezaliman tak akan

melahirkan damai

hanya kematian

hanya kematian.

 

Di dataran terbuka

di bawah langit ini

kami membantah

dan hentikan

pelakuan jahil dan

tindakan kekerasan

derhaka dan durjana.

 

Kedamaian adalah

landasan berpijak

dan biarkan gema suara

kasih berkumandang

tiap pelosok bumi.

 

Nilai

Disember 2016

 

60. Rohingya Anak Jati Arakan

 

Ketika kamu ditanya

tentang Rohingya

jawabmu liar ke mana-mana

tak berpancang bumi

 

Rohingya anak jati

Arakan

fitnah kau lontarkan

seperti bola-bola api

ingin membakar

dan melenyapkan

langit dan bumi

Rohingya.

 

Kau makin buas

sepak terjangmu

dan amarahmu

telah sampai ke puncak

jahanam.

 

Tenteramu turun bukan

sebagai penyelamat

tapi, sebagai penindas

pemburu zalim

di lapangan terbuka.

 

Kau tak peduli

teguran dan peringatan

matamu api dendam

memburu seperti hygena

Rohingya, tanah leluhur.

 

Di hujung senjatamu

darah Rohingya menitis

sampai di sempadan

malam panjang Rohingya

harus berakhir.

 

Berhenti bertindak algojo

Rohingya anak Jati Arakan

dalam kalbunya damai

Myanmar, kau bukan

sebuah pulau yang terasing.

 

Nilai

2 Januari 2017

 

61. Halaman Rohingya

 

Di lantai bumi

puing-puing rumah hanggus

barah apinya masih tak padam

bau mayat hitam terbakar

dulu perkampungan damai

riuh anak-anak Rohingya

bermain di halaman

langitmu tenang dan jernih

bumimu lembah subur.

 

Suatu siang

kamu melihat polis-polis tentera

berarak memasuki halamanmu

bukan datang membela

tapi membiarkan penceroboh

dan penjahat memusnahkan

harapan dan impianmu.

 

Tirani dan kezaliman

seteru kejahatan

telah mengusirmu

dan ingin menghapus

jejak-jeajak sejarahmu

di bumi Arakan.

 

Kata dan tindakan

telah diputar belit

anjing jalanan pun tak dapat

kau bohongi

kerana kamu memang

seorang penzalim

menyakiti Rohingya.

 

 

Nilai

Januari 2017

 

 

 

 

 

 

Kumpulan Puisi “Gerhana Di Bumi Rohingya”

oleh Musa Bin Masran 

(61 Puisi)

 

1.Mimpi Anak Rohingya

 

Sejak terakhir

anak Rohingya ini 

didatangi mimpi

kepulangan mereka 

ke tanah Arakan.

 

Ia melihat

Arakan bertahan 

dari segala musim

rimbanya masih perkasa

gema suara 

memanggilnya pulang

sungainya tetap mengalir.

 

Kehijauan desa dan

langitnya tetap mesra

bau buminya, utuh

airnya dingin

kerinduan Rohingya 

hidup dalam mimpi.

 

Kota-kotamu

melambaimu pulang

dan mimpi Rohingya 

Arakan, tanah leluhur

abadi.

 

Mimpi anak Rohingya 

hidup sepanjang zaman.

 

Nilai

Disember 2016

 

 

2. Nur Yang Bersimbah, Rohingya

 

Ketika ummah dizalimi

kau mencari perlindungan                                              

pada langit dan gelombang lautan

menyeberangi sempadan

mencari suaka.

 

Malammu menjadi panjang

dan siangmu dalam ketakutan

di hujung jalan itu mungkin

bersembunyi soldadu Myanmar.

 

Tiap simpang dan lereng bukit

alir sungai dan lembah hijau

dan pohon-pohon rimba telah

membuka jalan Rohingya bersembunyi.

 

Langit meminjamkan bulan dan

matari pabila kamu dalam ketakutan

mimpi rohingya hidup

kedamaian Arakan  gunung tak runtuh

rimbamu adalah jiwa berpaut

pada panah-panah malam

nur yang bersimbah dalam

hidup rohingya.

 

Nilai

Disember 2016

 

 

3. Gema Suara Rohingya Menganggu Tidurmu

 

Puisi-puisi ini lahir

seperti bumi yang tersentuh

air hujan dalam kalbu penyair

kata-kata yang membina kalimat

menjadi gema suara pabila melihat

kezaliman pada tindakan lalu

berjatuhan tubuh-tubuh dan mayat

tak berwajah, terbakar hanggus.

 

Kegilaan yang tak terkawal

membuka halaman sejarah hitam

dan akan tinggal dan terpahat

pada dinding-dinding bangsamu

satu pengkhianat atas nama bangsa

menjadi laknat di malam panjang.

 

Gema suara Rohingya

telah menganggu tidur saudaramu

dalam doa-doa tengah malam

telah mengerakkan hati nuranini

panah-panah langit turun

pada sasaran.

 

Puisi-puisi ini ditulis

atas solidaritas kemanusiaan sejagat

kezaliman harus berhenti

Myanmar, kamu harus mendengar

suara hatimu

dan kembali pada kedamaian

itu, keselamatan yang terjamin

pada bangsa yang beradab.

 

 

4. Pesan Ma Rohingya

 

Apa yang ingin ma sampaikan

padamu Nak?

tiada selain mimpimu

tentang Arakan tak akan pernah

musnah

sekalipun penderitaanmu

mendorongmu ke penjuru

kamu, samasekali tidak akan melupakan

bumi leluhur dan dirimu Rohingya.

 

Ketika kamu telah dewasa dan

berkeluarga, ini pesan ma

kamu sampaikan pada anakmu.

Mimpi arakan biar tetap segar

dalam kalbumu.

Dan mereka tak akan bisa

merebut mahkota ini.

Kasihmu pada bumi leluhur

hidup abadi sepanjang zaman.

 

Di mana pun kamu berada

kamu tetap Rohingya dan

seorang muslim.

Sebagai Rohingya

cinta pada perdamaian

bukan satu jenayah.

 

Seribu kali mereka menzalimmu

kamu tak akan berganjak sebagai

Rohingya.

Mereka menyayat tubuhmu

tapi kalbumu tetap Rohingya

kesabaranmu akan mengalahkan

musuhmu.

 

Nilai

Disember 2016

 

5.  Kita Harus Sepakat Membela Rohingya

 

Arakan aku telah dipaksa meninggalkanmu

memandang langitmu kali terakhir

melangkahi sempadan tanpa tau

bila akan kembali ke bumi leluhur.

 

Tiap kali pertanyaan itu mencuat

ke permukaan aku kelelahan menjawabnya

yang pasti memang hidup dan juang

membebaskan diri dari malam panjang.

 

Penderitaan  Rohingya telah kamu dengar

musuh-musuhnya makin buas

pembersihan etnik Rohingya di bumi Arakan

kejahatan telah merebak seperti api tak terkawal.

 

Pembelaan dan perlindungan

Rohingya, jangan terlambat

kita harus sepakat memberhentikan

kejahatan regim Myanmar atas Rohingya.

 

Nilai

Disember 2016

 

6. Hijrah

 

Tak pernah kamu mimpikan

hari ini di tanah asing terlantar

menunggu tuah dan kasih

setelah kamu bertarung meninggalkan

tanah leluhur.

 

Kamu memburu kerdip cahaya

perjalanan panjang tak menentu

merangkak dalam kegelapan pekat

dilambung gelombang mencari pelabuhan

damai.

 

Mereka mencipta kebencian terhadapmu

sibuk menabur fitnah dari lidah

dan amarahnya melangkah langit

tak berhenti, impian jahatnya terus

menghukum dan memimpikan syurga.

 

Di tanah penungguan

kamu berdoa sebagai golongan

yang dizalimi

ketika kamu memilih jalan ini

kerana keselamatanmu tak terjamin

di tanah leluhur.

 

Nilai

Disember 2016

 

 

7. Jenayah Kemanusiaan Atas Rohingya

 

Kami tak merelakan gelombang

jenayah kemanusiaan menghempas

daratan Nusantara dan menconteng

kedamaian bumi damai ini dan

menjadi ranjau di halaman rumah

Nusantara adalah bumi beradab

dan persaudaraan kukuh.

 

Ketika kamu terjebak kegilaan

para pandit di wilayah Rakhine

dan memilih jalan kekerasan

menghapuskan etnik Rohingya

Kami tak akan berdiam diri

Kami tak akan membiarkan

jenayah kemanusiaan di

bumi Nusantara.

 

Kerosakan dan kemusnahan

kamu timpakan kerana

ia seorang Rohingya

dan mendera siang dan malam

memburu dan membunuh

kamu tak pedulikan

kemarahan komuniti  antarabangsa.

 

Pemimpinmu membiarkan

kejahatan di bumi Myanmar

api terus membakar dan

mengorbankan Rohingya

dan melakukan apa saja

kegilaanmu tanpa batas adab

kemanusiaan.

Siasah burukmu tak akan

Nusantara membiarkan langitnya

tercemar dan buminya dibakar

jenayah kemanusiaan.

 

Nilai

Disember 2016


8. Golongan Minoriti Rohingya

 

Golongan Minoriti Rohingya

tetap dipelindungi

langit dan buminya

rimba dan halaman rumah

kamu tak berhak menuntut

yang bukan hak dan apa lagi

menzalimi kerana ia sedikit

berbeda pandang dan kepercayaan.

 

Kamu diperingatkan

hadirnya panah-panah malam

turun

amarah dan tindakan licikmu

tak akan pernah melukai tubuh

sebuah kebenaran dan

samawi tak akan membiarkan

pelakuan majnun ini

harus berhenti.

 

Ketika kamu memperkosai

Golongan Minoriti Rohingya

alam pun mencari sasaran

perubahan musim datang

amaran

api kekerasan akan redah

kedamaian di bumi Arakan.

 

Nilai

Disember 2016

 

9. Persaudaraan Dan Kasih Sayang

 

Saudaraku memandang langit

mencium bumi lalu meninggalkan

kampung halaman

tanah leluhur, tanah air.

 

Saudaraku berdoa sebelum 

memulai perjalanan jauh

merintasi benua berlenggang

dengan gelombang

mendaki gunung salji

berjemur di bawah matahari saga

maut datang seperti panahan petir

mengena sasaran.

 

Saudaraku mencari daratan damai

pulau jauh di lautan teduh

gunung bertahan tempat berlindung

memeluk rimba yang kasih.

 

Saudaraku, wajah pendatang malam

pada saudaramu Ansar

pintumu senantiasa terbuka

meraihmu dengan kasih

dan menjamumu 

dan menyiapkan ranjang

tempat beristirehat malam itu.

 

Saudaraku, yang tak bernama

dan berwajah manis

pelayanan ala kadar

demi kemanusiaan sejagat

persaudaraan dan kasih sayang.

 

Nilai

Disember 2016

 

10. Suaka

 

Ketika ratapan dan derita suaramu

tak didengar dan penderamu makin

bernafsu dan api fitnah khianat menjadi

nafas pemburumu

lalu kau berhenti bercerita dan

meninggalkan bumi leluhurmu

menjauh dari siasah jahat.

 

Kau melihat perbatasan seperti

tak terjangkau

tanganmu melambai angin

meraih kasih di tanah seberang.

 

Di khemah pelarian

hujan turun mencurah

matamu mencari sinar

di langit mendung

ke mana setelah ini

di bawa arus lautan

tersesat di pergunungan salji

memburu mata angin

atau terporok di tanah lumpur.

 

Penantian panjang

kebimbangan merimbun

dalam mimpi dan impian

suatu hari menunggu

datang panggilan

melangkah benua baru

 

Nilai

Disember 2016

 

11. Siang Yang Khianat

 

Kedatangan mereka suatu siang bukan sebagai tamu

wajah-wajah berang dan bukan bersahabat

masuk ke halaman menerja dan mendera

seperti membongkar rimba sampai ke akar.

 

Walaupun kebenaran kata-katamu

dari kalbu yang kasih dan tawajuh

tuduhan-tuduhan bagai tombak-tombak

yang dilontarkan dari mulut celaru.

 

Siang yang khianat

penghuni rumah dibawa pergi

tangan digari dan kepala menunduk

meninggalkan halaman ke destinasi tak beralamat.

 

Di sini hak dirimu telanjang

suaramu didiamkan

kamu tak ada pilihan

tamumu bertukar menjadi algojo.

 

Nilai

Disember 2016

 

12.  Lafazkan

 

Lafazkan kerana kata-kata tak pernah

melukai yang mendengarkannya

ia begitu lunak dan menggetarkan

kalbu yang ingin  mendengar.

 

Suaramu hidup abadi seperti air

pelepas dahaga panjang dalam musim kering

perubahan musim ada syafaat

pada musafir yang pulang ke riba-Mu.

 

Samawi menurunkan kasih

pada bumi yang ketandusan

panah-panah malam hadir

dalam tiap kata-kata.

 

Tiap pendakian pada gunung bertahan

menyingkap pengorbanan dan salam

kebenaran kata-katamu tak akan

musnah dan hanggus dimakan waktu.

 

Nilai

Disember 2016

 

13. Rohingya, Kemenanganmu Adalah Takdir

 

Langit dan Bumi Nusantara

bagai dipukul bertalu-talu

samawi mengirimkan malaikat

turun menjadi pelindungmu, Rohingya.

Dendam amarah Myanmar

biksu Ashin Wirahtu turun tangan

meniup api kebencian di tanah Arakan

maut berjatuhan

kegilaan tanpa sempadan.

 

Aung San Suu Kyi berselindung

di sebalik mimpi

ingin meraih mahkota kemenangan

tampuk pimpinan bangsanya.

Ketika kezaliman Rohingya

memuncak di bumi Myanmar

ia pejamkan mata dan diam

melihat jenayah kemanusiaan

atas Rohingya tanpa berkata.

 

Kejahatanmu telah

melangkau Nusantara dan dunia

derita Rohingya

pencabulan hak asasi

pemerkosaan wanitamu

pembunuhan sadis

telah membuka pintu solidaritas

persaudaraan sejagat

mengutuk perbuatan durjana

dan khianat ini,

 

Arakan o Arakan

kau dalam mimpi  Rohingya

hidup dalam jiwa anak-anak Rohingya

kedamaian kalbu Rohingya

ketika dirimu bebas dari

kekejaman dan penindasan.

 

Musuh-musuhmu akan kalah

kerana kesabaranmu adalah kekuatan

ketika disatukan dengan doa-doa

golongan yang dizalimi,

akan mengoncang  pintu samawi

dan kemalaratan dan maut menjadikanmu

bangsa yang bebas dari dendam kesumat.

 

Tidakkah pemimpin Myanmar malu

melihat keburukan bangsanya

membasahi tangan dengan darah Rohingya

dan membiarkan wajah-wajah celaka

bermaharajalela dalam kegilaan

Jenayah Kemanusiaan ini.

 

Komuniti Antarabangsa menyaksikan

Jenayah Kemanusiaan ini.

Kamu tak akan dapat berselindung

dari malam panjangmu.

Ketika PPB melindungi Etnik Rohingya

dan Mahkamah Keadilan Dunia bertindak

Myanmar bergelut dalam banjir lumpur sendiri.

 

Rohingya, Rohingya

Rohingya, Rohingya

 

Kesengsaraanmu akan membinamu menjadi kuat

di bumi dan langit mana sekalipun kamu berada

Arakan tetap dalam jiwa ragamu

kasih sayangmu akan memelihara dan pelindung

generasi Rohingya akan datang.

Esok bulan purnama muncul di Arakan

dan mimpi-mimpimu menjadi benar

kejahatan dan Jenayah Kemanusian tak akan

bertahan dan musuh-musuhmu kehilangan

landasan berpijak di bawah langit biru.

Gerhana berlabuh di bumi Myanmar

kegilaannya tunduk pada keadilan dan damai.

 

Rohingya, kemenanganmu adalah takdir

membalas kekerasan dan maut bukan senjatamu

biar wajah-wajah Rohingya senantiasa senyum

dan malam-malammu berhibur dan

memanggil Tuhan di Singgahsana dengan

lafaz-lafaz kasih dan rindu dalam himpunan

doa-doa tawajuh.

 

Nilai

Disember 2016

 

14. Tangis Doa

 

Seteru kekerasan telah mara

dengan seribu massa

menyerbu dengan lontaran

batu dan das tembakan

gema suara berpadu

mengancam dan

tanpa peduli keamanan.

Penghuni masjid

bertarung menghalang

gerakan derhaka

komplot durjana

nafsu galaknya tak bisa

dihadang dan mereka sudah

nekad ingin membuat kerusuhan

dan Jenayah Kemanusiaan.

 

Jelas kedatangan mereka

bukan untuk berdamai dan

perundingan.

Api dendam amarah

dari lidah

dan kegilaan telah sampai

ke puncaknya.

Membakar dan memusnahkan

dan mencari target

korban kebencian mereka.

 

Mereka tak mempedulikan

ia adalah bangunan masjid

dan ancaman itu sampai

titik, biar gedung ini menjadi

abu dan

membunuh sekali ahli suffah

dan sesiapa saja.

 

Penderitaanmu ini telah

membuka pintu samawi

dan menjawab tangis doa

mereka yang teraniaya.

 

Nilai

Disember 2016

 

15. Hentikan Kekerasan

 

Kamu telah memelihatkan pada dunia

kehebatanmu sebenarnya hanya

sebuah pamer dan keributan

Lidahmu lancang mengobarkan

kebodohan dan bohong.

 

Kecintaanmu sebenarnya kulit luaran

dalam jiwamu tak ada sedikit pun

ketakutan pada samawi

malah kamu terus mencipta

keributan yang mengerakkan

hati nurainimu  tenggelam dalam kegelapan.

 

Katamu, demi kasih dan

anak bangsa lalu

kamu berkeliaran seperti

binatang jalang dan buas

menerkam dan membunuh

mangsa kebenaran.

 

Kamu makin galak

dan haus darah

senjatamu dendam kesumat

dan merelakan dirimu

terjebak dalam Jenayah Kemanusiaan.

 

Hentikan kekerasan

dan permusuhan yang kamu ciptakan

perosak ummah dan

kemanusiaan sejagat.

 

Nilai

Disember 2016

 

16. Golongan Ekstremis

 


Ketika langit purnama kau conteng

halaman rimba dibakar hanggus

gema suara mengetuk pintu samawi

perundingan menemukan jalan mati.

 

Kasih sayang telah menjadi hambar

kamu melihat jiranmu binatang buruan

dan tak memilih usia, jantina, waktu

mata kapakmu siap membunuh.

 

Rintihan dan penderitaan mangsamu

tak akan menghentikanmu mendera

kata-kata biadap dan retorika

menggayang sepuas-puasnya.

 

Kebencian telah menjadi api buas

kamu menjadi sadis dan algojo

penyerangan massa didalangi

golongan ekstremis bertopeng agama.

 

Nilai

Disember 2016

 

17. Kedamaian Abadi Memberikan Hak Rohingya

 

Di mana pun di pojok dunia

langit luas bumi leluhur

kekuatan dan pengaruh kamu

tak akan mempermainkan

golongan kecil lalu menggerakkan

roda kehidupan seperti bumi persada ini

hanya pemukimnya kamu.

 

Ketika keberanianmu menjadi api

membakar dan memusnahkan

nasib dan masa depan Rohingya

kamu conteng dan kezaliman

beramai-ramai meniupkan api

ke tanah Arakan.

 

Kamu membakar rumah Rohingya

mencekik leher anak dan wanita

tubuh-tubuh Rohingya hanggus

kehormatan gadis Rohingya

kamu cabuli

dan kejahatan-kejahatan tak ada batas.

 

Kamu bertindak algojo

tanpa ada kasih dan ketakutan

pada hari esok yang menanti

Kamu yang melihat dan menyaksikan

peristiwa tragik ini

tak berkata apa-apa malah

mengiyahkan kebiadapan bangsamu.

 

Tidakkah kamu melihat akan datang

gempa yang dahsyat melanda

bumi Myanmar.

Mengapa kamu tak menyelesaikan

segalanya di meja kedamaian?

Jalan sederhana yang terbaik

bagi bangsa beradab.

 

Kalau kamu ingin melihat

kedamaian abadi

menerima Rohingya dan

memberikan haknya.

 

Nilai

Disember 2016.

 

 

 

18. Golongan Minoriti Rohingya

 

Golongan Minoriti Rohingya

tetap dipelindungi

langit dan buminya

rimba dan halaman rumah

kamu tak berhak menuntut

yang bukan hak dan apa lagi

menzalimi kerana ia sedikit

berbeda pandang dan kepercayaan.

 

Kamu diperingatkan

hadirnya panah-panah malam

turun

amarah dan tindakan licikmu

tak akan pernah melukai tubuh

sebuah kebenaran dan

samawi tak akan membiarkan

pelakuan majnun ini

harus berhenti.

 

Ketika kamu memperkosai

Golongan Minoriti Rohingya

alam pun mencari sasaran

perubahan musim datang

amaran

api kekerasan akan redah

kedamaian di bumi Arakan.

 

Nilai

Disember 2016

 

19. Doa-Doa Rohingya

 

 

Kau melihat duka lara Rohingya

langit kalbumu menitis di lantai

kemanusiaan

penderitaanmu telah mengetuk

pintu nilai sejagat

kekerasan dan dendam akan gagal.

 

Selama ini Myanmar

di sudut penjuru sendiri

ketika kau diterima

hidup berbangsa

di rantau nusantara

dalam satu malam

kau merobek layar

kemanusiaan sejagat

menzalimi Rohingya.

 

Demonstrasi hari ini

persaudaraan ummah

tiap bangsa punya hak hidup

Rohingya, kau warga dunia

dan bangsa  cinta pada kedamaian.

 

Jauh di bumi Rohingya

suara-suaramu menjadi buruan

ketika tubuhmu dizalimi

kau tak pernah mengaduh

api yang membakar

tubuh Rohingya menjadi dingin.

 

Rohingya,

kebijaksanaanmu adalah

kekuatan

dan doa-doamu dari kalbu

orang yang teraniaya.

 

 

Nilai

Disember 2016

 

 

20. Rohingya, Rohingya

 

 

Kita seperti melupakan sejarah

kebencian dan penghapusan ethnik

hujungnya adalah kekalahan dan

tunduk pada kedamaian.

 

Ketika kegelapan menutupi

pandanganmu

mimpi buruk datang

dalam tidurmu.

 

Kau memilih kezaliman

dan kejahatan berada

pada puncak.

Massa digerakkan

Rohingya, hakmu dirampas.

 

Satu bangsa yang

beradab

bertukar wajah pada satu malam

pemburu maut

di lorong-lorong kota

di desa-desa Arakan

mendera Rohingya.

 

Kau diperingatkan

tak selamanya kau

berada di atas

membakar musuh-musuhmu

merogol wanita Rohingya

menyiksa sampai menyeberang

sempadan.

 

Rohingya, Rohingya

solidaritas langit dan bumi

satu rasa dan satu bantahan

Regim Myanmar,

hentikan kegilaaan ini

kembali pada kedamaian.

 

Nusantara tak akan berdiam

PBB saksi kejahatanmu

aung san suu kyi,

melihat keburukan bangsamu

dan menyepi.

 

Rohingya, Rohingya

kesabaranmu mengalahkan

kebuasan Rakhine

dan pendeta-pendeta dirinya

sebenarnya hewan

ratapan Rohingya di malam panjang

telah bersambut.

Rohingya, kau tak sendiri.

 

Nilai

Disember 2016

 

 

21. Langit Merah Di Bumi Rohingya

 

 

Myanmar,

para pendeta turun

sebagai penabur fitnah

maut memburu Rohingya

Arakan, dalam kepayahan

kau bertahan

kemanusiaan  terseret dalam

lumpur Rakhine.

 

Mereka ingin  mematikan suaramu

dan menghilangkan jejak di bumi

leluhurmu.

Kegilaan ini tanpa ampun

kezaliman bertahta

ditubuh-tubuh Rohingya

wanitamu dicabul

mayat berjatuhan dalam

rumahmu.

 

Raksasa haus darah

keganasan ini

merubah Myanmar

kau telah

mencipta mimpi-mimpi gerun

penderitaan Rohingya

telah mengetuk pintu

kemanusiaan sejagat.

 

Bangsa-bangsa beradab

mengingatkan

siasahmu membawa

kehancuran

suara majoritasmu

hanya membina tembok-tembok

aung san suu kyi

kehilangan kata landasan

berpijak.

 

Ektremis ashin wirathu

pendeta Budha

menyalakan api

tiap halaman Rohingya

bumimu bergolak

sempadanmu menjadi panjang.

 

Rohingya,

langit dan bumi telah

menghidupkan mimpi

dan harapanmu

sejarah perjuangan

dan

penderitaanmu

menyingkap tabir samawi.

 

Nilai

Disember 2016

 

 

22. Rohingya, Kau Akan Menang

 

 

Jangan kau tanya

apakah kota kelahiran ini

telah berhenti dari bermimpi

dari hujung dan seluas jangkauan

suara-suaramu hilang.

 

Layar kedamaianmu

bagai kain yang robek

waktu telah menjadi pudar

luka-lukamu makin parah.

 

Kemanusiaan seperti

permainan siasah

dan tukang sulap

maut berjatuhan.

 

Kata-katamu

telah menjadi pedang

yang membunuh

di siang durjana.

 

Rohingya

api amarah itu

tak akan menyentuh

jiwamu.

 

Kau akan menang

kerana tak akan mengalah

kurun ini atau esok

segala telah kau perhitungkan.

 

 

 

23. kuntum-kuntum Harapan Rohingya

 

Kau menjalin cintamu pada langit

kuntum-kuntum harapan turun

menyimbah bumi leluhur

kekalahan ribuan tahun tertebus.

 

Jalan lurus membawamu

pada kemenangan abadi

janji-janji yang termaktub

pada-Mu musafir berteduh.

 

Rohingya, terjangmu tak kendur

pada malam durjana

siang yang parah

musuhmu masih bertualang.

 

Kasyaf di siang benderang

mimpi-mimpi bulan purnama

kedamaian kalbu yang reda

mata meredup doa orang dizalimi.

 

Nilai

Disember 2016

 

 

24. Mimpi Rohingya

 

Rohingya,

Kau adalah gunung kurnia

bumi melindungimu

langit mampan dan lautan

halamanmu berteduh.

 

Ketika kau diburu

alam menjadi tembuk

mengabui mata pemburumu

sungai-sungai membawamu

lembah damai.

 

Arakan melambaimu

kau bukan sendiri

penderamu kehilangan jejak

ketenanganmu telah tergugat

kau terbuang dari tanah leluhur.

 

Pendita Ashin Wirathu,

dari mulutnya

kebohongan dan api membakar

dan gelap mata

tapi ia diam dan merelakan

kerosakan dan pembunuhan

Rohingya di siang jerebu.

 

Aung San Suu Kyi

menconteng langit kedamaian

dan membuka pintu

datangnya kegelapan panjang

Myanmar, bumi menyaksikan

kebiadapan dan maut

padamu Rohingya.

 

Myanmar, kau melepaskan

raksasa di angkasaraya

dan tanah-tanah Rohingya

kau masih buta

demi waktu, malapertaka

kau ciptakan menjadi

tombak-tombak menusuk

pulang ke dirimu.

 

Nilai                                         

November 2016

 

 

25. Air Mata Rohingya

 

 

Rohingya,

Kau adalah gunung kurnia

bumi melindungimu

langit mampan dan lautan

halamanmu berteduh.

 

Ketika kau diburu

alam menjadi tembuk

mengabui mata pemburumu

sungai-sungai membawamu

lembah damai.

 

Arakan melambaimu

kau bukan sendiri

penderamu kehilangan jejak

ketenanganmu telah tergugat

kau terbuang dari tanah leluhur.

 

Pendita Ashin Wirathu,

dari mulutnya

kebohongan dan api membakar

dan gelap mata

tapi ia diam dan merelakan

kerosakan dan pembunuhan

Rohingya di siang jerebu.

 

Aung San Suu Kyi

menconteng langit kedamaian

dan membuka pintu

datangnya kegelapan panjang

Myanmar, bumi menyaksikan

kebiadapan dan maut

padamu Rohingya.

 

Myanmar, kau melepaskan

raksasa di angkasaraya

dan tanah-tanah Rohingya

kau masih buta

demi waktu, malapertaka

kau ciptakan menjadi

tombak-tombak menusuk

pulang ke dirimu.

 

Nilai

November 2016

 

26. Gema suaramu, Rohingya

 

Rohingya,

Gema suaramu telah telah melewati sempadan

kami mendengarkan lagu penderitaanmu

hingga ke dalam mimpi malam-malam buruan

bagai sembilu tajam yang menghiris-hiris kalbumu.

 

Ketika peradaban bangsa runtuh kerana

dendam amarah dan kejahatanmu makin buas

kegilaan yang tak terkawal telah

nanti akan menghukum dirimu sendiri.

 

Rohingya, kesabaranmu adalah samawi

kecemburuannya tak akan merelakan

kebiadaban dan kezaliman musuh-musuhmu

melantun sebagai boomerang memusnahkan tuannya.

 

 

27. Rohingya, Meraih Kasih Saudara Ansar


Rohingya, tak usah kau gusar

sekalipun mereka ingin menghiris sukmamu

malam durjana ini akan berakhir

dan kedamaian kembali ke rimba Arakan.

 

Kemenangan anak bangsamu

hidup dalam jiwamu sejak kau lahir

dan kau akan bertahan sepanjang kurun

kejahatan akan kehilangan landasan.

 

Biar cintamu merangkum seluas benua

kasih sayangmu akan menghapuskan api dendam

ketika matahari musim semi di ufuk samawi

kemenanganmu sebagai bangsa merdeka.

 

Biar airmatamu menitis dalam sujud dan doamu

kata-kata dan tindakanmu tak akan membalas

siasah khianat yang memisahkanmu

kerana kau akan berdiri di lahan kedamaian.

 

Ketika kezaliman turun sebagai wabak

kau telah menyeberangi sempadan

sebagai muhajirin datang berhijrah

dan meraih kasih dari saudara Ansar.

 

Kuala Lumpur

2015

 

*Disiarkan Harian Ekspress 25 Disember 2016

 

28. Rohingya, Kesabaranmu


Keramaian desa-desamu dalam satu malam

berubah wajah seperti halaman yang ditinggalkan

kau tak melihat mata jiranmu ketika lalu

api amarah membakar tanah Arakan.

 

Kau telah membunuh mimpi-mimpi Rohingya

menyiksanya seperti haiwan buruan dan

jalan pulang telah ditutup dan kau

menjadi algojo yang paling kejam.

 

Rohingya, duka-laramu lambang kesabaran

semangat hidupmu tak akan dipadam

sejarah bangsamu dan persaudaraan sejagat

telah hidup dalam mimpi Rohingya anak-anak bangsa.

 

Kezaliman yang ditimpakan padamu

akan pulang kepada mereka

dan kemenangan yang diraih itu

hanya bertahan dalam waktu sedetik.

 

Rohingya, kesabaranmu akan melukai

musuh-musuhmu yang durjana

dan mereka tak akan bertahan

kerana bumi sendiri tak akan merelakan.

 

Nilai

Oktober 2016

 

*Disiarkan Harian Ekspress 27 November 2016

 

 

29. Rohingya, Ceritamu Belum Berakhir

 

Bumimu hanggus di siang hari

kau saksikan bagaimana kata-kata 

menjadi puing-puing dan gema suaramu

makin jauh menyeberang sempadan.

 

Pabila kedamaian sukmamu terbang 

mimpi Rohingya seperti abu di bawah 

telapak kaki durjana di malam dendam 

mengintai dari segala penjuru.

 

Kau berlari ke tanah sempadan

hutan khatulistiwa seperti melindungimu

sampai ke negeri sumur mata air

sesekali menoleh kalau jejakmu ditemukan.

 

Ketika gunung seperti telah tertawan

dan puncak kedamaian itu hampir kau capai

mereka memulangkanmu kembali ke dalam

jaringan musuhmu  menunggu dengan amarah murka.

 

Rohingya, kulihat bulanmu luka-luka dan 

walaupun mereka ingin kau hanggus menjadi debu

gema penderitaanmu suara yang tak dapat 

didiamkan atau dihilangkan dari sejarahmu.

 

Nilai

 

November 2016

 

* untuk siaran Utusan Borneo 24 November 2016

 

30. Rohingya, Bersuara Dan Melangkah*

 

Mereka telah memburumu dari segala penjuru
tanah di bawah tapak kakimu terlalu kecil
mencari tanah persembunyian.
Degup nafasmu terlalu keras dan cepat
sampai terkesan di telinga Petualang Malam.

Malam panjang telah turun di tanah Rohingya
kegelapan seakan tak ingin melepaskan
tempurung kepalamu
Matamu memandang langit
mencari purnama yang terbakar dan hanggus.

Di tebing kecil ini seorang ibu melepaskan
anak sulungmu dengan sayap-sayap doa
bertarung dengan gelombang
angin monsun dan angin baliung.
Ia, seorang ibu yang mengubati
rindunya dalam mimpi yang tak menetas.

Dari lautan anak sulung
terdampar ke tanah lumpur
ke hutan penyeludup ke tanah seberang.
Tiap petang
seorang ibu mendatangi tebing kecil
memandang laut luas
membual pada langit selatan
semoga ada arus menyampaikan anaknya
ke tanah benar dan kasih.

Laut Bengala dan Selat Melaka
seperti menyulam mimpi Rohingya
di tanah sempadan ini
suaramu mengetuk gendang telinga.
Kalau ia tak melihatmu, Rohingya
tapi, lihatlah tidurnya mulai gelisah.

 

31.Kapal Sarat Anak-Anak Rohingya*

 

Di tengah lautan
kapal terapong kehilangan arah
dan pelabuhan menjauh.

Kapal kematian ijin ini
di pinggiran Lautan Hindi
walaupun hujan telah berhenti
tanah daratan tak tergapai mata.

Di dalam perut kapal
sarat penumpang anak-anak Rohingya
diam
seperti rampaian laut
yang berhanyut
mereka adalah anak lelaki
waris keluarga terakhir
memimpikan tanah daratan
atau pulau impian.

Kapal kehilangan tenaga
langit Khatulistiwa seperti memberi
isyarat ke arah mana kapal ini
harus belayar.

Alam seperti tak terusik
kapal sarat penumpang anak-anak Rohingya
Adakah angin malam dan gelombang kasih
membawamu ke tepian?

Bibir merekah dan kulit terkupas
gema suaramu terkandas di langit-langit
lamunanmu pada lautan
bila hujan akan turun sedingin air
terjun Kinabalu?

Di laut sempadan jauh dari
tanah daratanmu
anak-anak Rohingya masih berharap
datangnya gelombang besar
mendorongnya ke Tanah Seberang.

 

32. Arwah Ibu Rohingya*

 

Anakku, kau usah takut pada langitmu
yang diconteng dengan kegelapan malam
penuh dengan raksasa yang meraung dan
mundar-mandir di Tanah Peribumimu.

Itu hanya bayang-bayang tanpa ruh
menderamu lupa tentang harga dirimu
sekalipun seribu malam diciptakan
memenjara dirimu supaya kau lupa
tanah leluhur dan dirimu Rohingya.

Mengapa sampai kehilangan arah
raksasa ini makin ganas dan zalim
seperti tak ada yang dapat menahan
mendung awan beralih dari langitmu
pemerkosaan anak gadis Rohingya
terbawa lumpur ke negeri malam.

Wahai anakku, ke mana kau pergi
buka jendela dan pintu rumahmu
biarkan siang datang membawa harapan
dan anak bangsamu Rohingya bukan
anak tak berbangsa di tanah Arakan.

Ketika langit damai, anak Rohingya
dapat mencium harum bunga di taman
cahaya siang adalah dinding sukmamu
kau tak akan berada dalam kegelapan
raksasa hanggus dalam peralihan zaman
kau dibebaskan di atas podium waktu.

 

33. Budak Rohingya di Khemah Pelarian*(HE)

 

Hujan Khatulistiwa mengurung
anak-anak Rohingya
di khemah-khemah pelarian
di sempadan.
Siang terasa panjang
dingin menusuk tulang-belulang.

Di dalam khemah ini
ada seorang budak lelaki, gundah
gundah memandang keluar
tapak-tapak kaki di atas lumpur
ada yang telah ditenggelami air.

Lalu budak lelaki itu duduk melipat
kertas buku membuat kapal terbang
sambil bercerita sendiri tanpa pendengar.
Ia bayangkan kapal terbang angkasa raya
penumpang adalah dirinya sendiri.
Ia nekad akan berlepas sekalipun
cuaca buruk.

Khemah Pelarian Rohingya ini
digenangi air, hujan belum berhenti
jelas semua Rohingya ketiduran.

Budak lelaki itu membesarkan
bunyi suara mulutnya
kapal ini akan berangkat
lalu ia pilotnya sendiri melingkari
langit dan tanah perbatasan.

Ia melihat Arakan, tanah leluhur
kapal terbang kertas melayang
di langit biru
timur ke barat langit perbatasan
dihirupnya udara sambil melihat
desa-desa Rohingya yang kosong.

O Arakan, aku datang kepadamu
O Arakan, namamu tak akan kulupakan

Hutan Khatulistiwa
menyimpan rahsia leluhur Rohingya
kau tak akan dapat dipisahkan
dengan bumi Arakan.
Kapal terbang kertas naik ke atas
udara monsun lalu menjunam ke bawah.

Langit ini adalah langit Rohingya
bumi Arakian adalah tanah leluhur Rohingya.

Ketika hujan Khatulistiwa menampar pipinya
ia telah berada di luar khemah.
melihat kapal terbang kertasnya
menjunam ke bumi
jatuh ke dalam lumpur jalanan
khemah Perbatasan Pelarian Rohingya.

*Disiarkan oleh Harian Ekspress 17 Mei 2015

 

34. Pemuda Rohingya Di Kota Lunsur

 

Di Kota Lunsur ini, siang rebah satu demi satu
malamnya ia seakan terlempar ke cakerawala

tanpa kuasa pulang
ke tanah leluhur.

Sukmanya merontah-rontah mau ke mana
di kota lunsur ia bagaikan terpenjara
kegelisahan telah mencapai puncak.
Di tengah-tengah kesibukan kota
ia lupa dirinya seorang Rohingya,
Pendatang Malam.

Ketika ekor gelombang menghempas
Perut kapal
ditelan gelap malam dan deru angin lautan.
Ia tak menyangka ada pantai dan tanah darat
di pinggir mata.

Ia adalah pemuda terakhir desa Arakan
tiap malam igaunya pada ibu dan adik perempuan
bulan gerhana di Arakan
mereka menjadi binatang buruan
di tanah peribumi dan di tanah sempadan.
Sejak itu ia merindukan pada purnama
yang di langit Myanmar.

Di Kota Lunsur
ia mengharapkan pertemuan itu
meskipun bulan malap di perbatasan
suara ibu terbawa angin makin menjauh
dan jejak adik perempuan tak ditemukan.

 

 

35. Rohingya, halamanmu lautan luas

 

Kapal patah kemudi
gelombang telah mendamparmu
ke tengah lautan
langit gelap
suaramu hilang
di Teluk Andaman.

Tanah daratan kau tinggalkan
malam itu
telah menjadi gumpalan
masa silam.

Kau masih mengharapkan
pelabuhan teduh
atau sebuah pulau persinggahan
lenggang kapalmu
seperti dipukul sepanjang malam
kesabaranmu telah menipis.

Kau, adalah pendatang malam
di tanah leluhurmu kau
pelarian dan bangkai busuk.

Rohingya, halamanmu lautan luas
kau masih mengharapkan
kembang purnama di langit sukma.

 

 

36. Kamu anak keturunan Rohingya

 

Apa yang ingin kuceritakan padamu
apakah kau ingin melepaskan masa silammu
melemparkannya lalu menjadi
desa yang ditinggalkan
kehilangan penghuni mengungsi
entah di bumi dan langit mana?

Di sini anak pertamamu telah lahir
tumbuh membesar menjadi orang kebanyakan
di pasar raya ibukota.
Rohingya asal-usul bangsamu
desamu di perbukitan yang indah
kini daerah rawan yang kosong.

Kamu anak keturunan Rohingya
semudah itu kau melupakan
jilid sejarahmu yang berdarah
kezaliman yang disembunyikan
dalam gua tamadun manusia.
Lidahmu dipotong dan mimpi-mimpi
dimusnahkan.

Di tanah asing matarimu bersinar terang
tapi sukmamu merontah
kerana dirimu telah kehilangan
tanah leluhur, tradisi dan budaya Rohingya
Ke mana anak Rohingya selepas ini?
tenggelam dalam hiruk-piruk
layan sendiri mengaut keuntungan
putar belit orang kota.

Cerita apa yang ingin kau dengar
tentang perjuangan Rohingya
ribut badai Teluk Andaman
kapal tanpa Nahkoda dan anak kapal
terombang-ambing di malam durjana
tanpa wajah
tanpa dokumen.

Rohingya sekali lagi namamu disebut
supaya sejarahmu tak akan dilupakan.

 

37. Rohingya, Matamu Mengirim Isyarat

 

Terapung di tengah lautan
karam di sempadan negeri
menatap wajahmu
antara hidup dan mati
kemanusiaan seperti bola
yang ditendang ke sana ke mari.

Sebenarnya kau telah puas menangis
air mata menitis ke dalam lautan
tapi raunganmu hilang dalam
samudera
matamu mengirimkan isyarat.

Ya Rabbi, cukuplah sudah kesengsaraan ini
biarkan kami melangkah ke tanah dataranmu
kami telah puas berhanyut
mimpi-mimpi kami telah lama
hanggus di khemah-khemah pelarian
atau desa-desa Arakan.

Kami minta perlindungan
suaka luar negeri
tapi tak ada telinga yang mendengar
kejahatan petualang malam
masih datang membakar
dan memusnahkan sukma
dan mimpi-mimpi Rohingya.

 

38.Gadis Rohingya

 

Kau telah banyak menangis
masa silammu penuh raksasa
bau tanah kelahiranmu
dan hujan hutan Khatulistiwa
kejutan ngeri di malam durjana.

Siapakah petualang yang masih
terus menghajar dan memburumu
kau datangi rimba supaya melindungimu
tapi, celakanya rimba jati
telah ditebang orang.

Kau meratap tangis tanah kelahiranmu
bagaimana aku dapat membuat kubu
sedang kegilaan mereka terus mendarahi
hak kemanusiaan sejagat.

Kau pilih samudera
membawa impian dan sisa-sisa mimpi
berhanyut tanpa arah tuju
berharap esok arus lautan
mendamparmu di tanah daratan merdeka.

 

39. Anak Rohingya

 

Ketika laut kematian angin
ijin kapal telah berhenti
langit seperti negeri kenyangan
tak terjangkau.

Matari seperti batu-bara di atas kepala
anak Rohingya memejam mata
melepas sayap imaginasinya ke cakerawala
terbang tinggi-tinggi mencari benua baru
atau sempadan yang belum dipunyai.

Ia bayangkan Aladin dengan piala ajaib
konsentrasinya digandakan
beri aku tiga pilihan
setelah itu aku tak akan memintamu.

Sosok tubuh di atas dek
seperti terpanggang dan kelaparan
menusuk sampai ke hulu hati
bibirnya kering dan suaranya melemah.

Matanya masih terpejam
Ia mencipta seribu satu  watak pilihan
yang tak akan pernah dikalahkan
dalam medan pertempuran ciptaan
imaginasinya.

Kapal Pelarian Rohingya
berlenggang dibawa arus
matari telah condong
mereka masih menelek rahsia esok
atau lenggangnya sampai di sini
tak kemana-mana.

 

40. Adakah Perubahan Di Langit Rohingya

 

Dengarkan langit jika ada perubahan
adakah cuaca Arakan telah meredah
laut masih bergejolak di laut Andaman
tapi, kau masih menuruni lembah
menyeberang sempadan.

Di tengah malam kau masih gundah
dan menjerit sekalipun suaramu tak sampai
tanah seberang terasa jauh seakan
kau tak akan dapat ke tepian
kapal ini telah kehilangan kuasa
tapi penumpangnya memburu kejora.

Sudah berapa hari kapal ini berhanyut
gema suara penumpang mulai melemah
walaupun kau masih memanggil
gelora lautan tak akan berubah
kau terapung menunggu arus bertukar arah.

Rohingya, kesabaranmu dituntut
samawi mengirim pelangi dan hujan
gerak lautan menghantarmu ke daratan
gelombang suaramu terbang tinggi
membawa harapan ke benua baru.

 

41. Tanah Merah Rohingya

 

Tanah merah  di tanah Rohingya
mengalir sampai ke perbatasan
debu desa-desa di gunung Arakan
langitmu jerebu dan bau hanggus
puing-puing kesabaranmu masih berdiri.

Kau bawa mimpimu dari gunung
menuruni lembah menyeberangi sungai
ke Teluk Andaman dan lautan luas
kau rela bergelut dengan samudera
badai dan angin atau tenggelam
di dasar laut dan langit biru.

Tak akan selamanya musim tengkujuh
tanah khatulistiwa akan berubah
kau tak akan melupakan tanah merah
impian dan harapanmu hidup dalam mimpi
dan tak akan pernah kau lepaskan
sekalipun mereka menutupi langitmu
dengan mendung tebal.

Gerhana di langitmu di malam kelam itu
telah sampai ke puncaknya
kerana malammu akan berubah
laut akan tenang dan angin akan bertukar arah
Rohingya, tanah merah masih dalam genggamanmu.

 

42. Langkah Kaki Rohingya Tak Berhenti

 

Bumi, kau telah menyaksikan kelahiran bayi ini
diberi nama dan keturunanmu dipanggil
Rohingya, pemukim Arakan daerah pergunungan
di tanah peribumi kau tumbuh membesar
dan rimba khatulistiwa ini saksi
kehadiranmu dari masa silam.

Siapakah kamu ingin mengupas kulit wajah
dan menghilangkan identiti bangsa Rohingya
lalu menconteng sejarah dan mengosongkan
pendetamu keluar sebagai raksasa berkeliaran
siang malam dalam keadaan lapar dan buas.

Di bumi peribumi langit kita junjung
kasih-sayang telah kehilangan mimbar
api nafsi amarah menjulang ke langit
kau tak ingin mendengar isyak derita
datangnya dari bumi Arakan.

Di semak dan sungai orang masih
turun memburu dan tanah Rohingya masih merah
hujan yang turun membawa lumpurnya
jauh ke dalam perbatasan dan lautan samudera
langkah kakimu tak berhenti berkelana.

 

 

43. Rohingya, Nyalakan Api Impianmu.

 

Hari ini kau melihat unggun api
datang berkumpul di selokan
suara-suara itu seperti api sedang membakar
mereka menjadi kekuatan perosak
tanpa memilih jantina dan usia.

Siapa yang dapat menahan api amarah
ketika menyala lalu membakar
deretan dan bangunan batu
segalanya berjalan cepat
kesabaranmu ikut terbakar.

Rohingya, kini kau tak melihat unggun api
jelas kau terdampar di samudera lautan
merelakan segalanya kau tinggalkan
dalam keadaan terpaksa
di sini tendangan ombaknya
tak akan membawamu terlalu jauh
arus lautan berputar-putar
di negara jiran.

Air matamu telah kering
mimpimu telah senyap
sukmamu bertahan seperti gunung
kesabaranmu menyingkap pintu samawi
keributan ini akan beredar
Rohingya, usah pernah kalah
di tanah peribumi atau di lautan samudera
nyalakan api impianmu.

 

44. Kapal Kertas Rohingya Belayar Di Lautanmu

 

Belayar kapal kertasmu
di atas gelombang lautan
Kau telah meninggalkan tanah Arakan
menyeberangi sempadan
angin teluk Andaman telah
membawamu ke Selat Melaka.

Terapung kapal kertasmu
menantang arus menuju ke negeri lepa-lepa
kau adalah nahkoda kapalmu
tak ada tangan yang menolakmu
berani menconteng langit biru
dan meroboh pelabuhan sukmamu.

Demi kehormatan Rohingya
belayarlah kapal kertasmu
membawa rindumu ke purnama
bebas dari jerebu api Myanmar
dan dirimu tetap Rohingya.

Mereka tak akan bisa menenggelamkan
kapal kertasmu dan sukma Rohingya
tidak sekarang dan esok
kemenangan seorang musafir
kesabaran bertahan pasti gerhana berlalu.

 

45.Ayah Rohingya Di Khemah Perbatasan

 

Mata hujan masih belum berhenti
di khemah perbatasan Bangladesh
seorang ayah memandang awan tebal
seakan mengirimkan pesan
tak ada jalan pulang
dan tak ada jalan keluar
mimpinya telah jatuh terhempas
lautan pun tak akan tergapai
desanya telah kosong
hanya ngongong anjing berkeliaran.

Matanya memandang terus
keluarganya yang lelap
bunyi perutnya seperti guntur
sampai bila tebing ini akan bertahan
langit Rohingya hujan belum berhenti
fikirannya seperti dahan kayu
terkandas di sungai sukma.

Ia seorang ayah seperti sampah
yang terbawa harus
ke mana, jalan buntuh di hadapan
Penyesalan seperti anak panah
menusuk-nusuk ke jantungnya.
Esok seperti tak akan terangkat
terlalu berat gunung yang didaki
dan sungainya deras untuk diseberangi.

Ia tak akan mampu bicara
sejauh mana dapat mereka angkat
mimpi dan harapan
terperosok di dalam limbo
kepaknya telah patah dan basah
tapi, monsun darat daya telah
berbisik ke telinga lautan dan laut Andaman
Angin dari Arakan  menerbangkan jerebu tebal
sampai ke sempadan
anjing-anjing pemburu masih lepas kurungan.

Seorang ayah Rohingya
terkandas di Khemah Pelarian
tiap malam ia meratap
dan ingin berpatah balik ke tanah leluhur.

 

46. Rohingya, Di Lidah Pendeta Ashin Wirathu*(UB)

 

Dari mulut Ashin Wirathu keluar lidah api
bahan apinya fitnah dan kebencian
di jalan-jalan dan lorong-lorong malam
jatuh korban anak-anak Rohingya
terbakar hanggus maut di tali gantungan.

Siang yang membakar
bergelimpangan bayi-bayi Rohingya
dan bau mayat-mayat hanggus
bergelimpangan di atas jalanan
tiada upacara ugama

ibu tua dan gadis Rohingya
terkerat-kerat luka parah
bumi seperti tersiram cuka
darah Rohingya.

Hari ini kamu didera seperti hewan
hayunan parang dan kapak jatuh
menyimbah bumi Rohingya.

Rohingya, pendeta Ashin Wirathu telah
turun mengipas bara api dan membakar
halaman dan mimpimu.
Mengapa Rohingya? Aung San Suu Kyi, Mengapa diam
di bibir pendeta tiada gema suara kasih-sayang
dalam sukmanya ada serigala penuh dendam.

 

Kuala Lumpur

2015

*Disiarkan Utusan Borneo 27 November 2016

 

47. Salam Rohingya Kepada Peribumi

 

Saudara peribumiku, maafkan aku kalau kau mencium
bau busuk tubuh ini kerana telah berhari-hari
dimakan matahari di tengah lautan.

Aku tak akan tersindir kalau kau menutup hidung
lalu menghulurkan sebotol air mineral dan sebungkus nasi
rasa malu tak kuhiraukan lagi kerana kelaparan.

Kau belum tau kami selama ini
Rohingya, orang tak berbangsa
mereka membunuh Rohingya
dan mengosongkan tanah Arakan.

Bukan kemahuan kami melangkahi sempadanmu
pendeta-pendeta semankin lancang suaranya
bahasanya kesat, kurang ajar dan lucah
dan telah menyesatkan negeri berbangsa-bangsa.

Kami digulung gelombang samudera
daratan tampak seperti menjauh dan impian kami
seperti tercampak ke dalam lautan yang dalam.

Saudara peribumiku, kau telah memberikan
tanah untuk kami, Rohiongya berpijak
dan langit untuk kami pula menyematkan
mimpi pada bintang malam.

 

48. Rohingya seperti Bola Ping Pong

 

Sampai bila Rohingya bisa bertahan
di lautan samudera dan langit terbuka
Mengapa menutup pintumu?
Suaramu tambah lancang dan sombong
tiada yang dapat meramal esok
giliran siapa yang terumbang-ambing
patah kemudi dan terbawa arus
atau tenggelam tanpa berpaut.

Mengapa tidak kamu berikan sebuah Pulau
persinggahan sementara ketika cuaca bertukar
Rohingya bukan bola ping-pong yang
kamu pukul sesuka hatimu
Samawi telah menggerakan sukmamu
Badai laut dan gelombang samudera
tenang dan damai
burung-burung laut berdatangan
hinggap di atas dek kapalmu.

Rohingya, gema suaramu telah
menusuk-nusuk seperti anak panah
ke dalam kalbu
Pendeta-pendeta mulai mengigit lidahnya
dan tak berhenti
tak ada kedamaian ditemui dalam malam meditasi
jiwanya kacau dan merontah di malam igau.

Kesabaranmu pasti terubat
Rohingya, tangan samawi turun membelai
kepala anak-anak dan isterimu
Kamu tak akan sendiri
arus lautan akan membawamu ke destinasi
langit  adalah bumbnungmu ketika panas terik
Rohingya, kamu bukan bola ping-pong.

 

49. Rohingya Di Mata Aung San Suu Kyi*(UB)

 

Kehebatan apakah itu?

Ketika kamu diberi
lampu sorot dan pentas kamu diam
seperti tunggul reput di pinggir jalan.
Diammu itu hanya memberi laluan
rasis pendeta dan penyokongnya
mundar-mandir seperti algojo
menjatuhkan hukuman.

Kamu telah menconteng langit Rohingya
meregut tanah di bawah telapak kakinya
duduk di atas pagar lalu mengira untung
malam panjang di langit Myanmar
jalan ke Arakan, bumimu merah
tapi, kamu masih tak berkata diam.

Rohingya,
kedua tangan Aung San Suu Kyi
telah melepaskanmu
petualang bangsa melaungkan slogan.

Aung San Suu Kyi,
penganiyaan Rohingya harus berhenti
tak lama lagi cuaca bertukar musim
tapi, kegelapan masih mengurungmu.

 

Kuala Lumpur

2016

*Disiarkan Utusan Borneo 27 November 2016

 

50.  Mengenang Mereka Sempena Refugee Day.

 

Ketika langit tersingkap dan bumi terkuak

rahsia tragik itu terbongkar tanpa selindung

rimba memberi kesaksian dan isyarat nyata

kejahatan pemerdagangan manusia ditangkap.

 

Kezaliman yang akhirnya mengorbankan

pendatang malam mencari suaka ke tanah asing

dunia melihat kejahatanmu di Wang Kelian

kerakusan dan tamak serakah menjerat diri sendiri.

 

Pulang kalian dalam satu liang lahad tanah Tualang

mangsa kejahatan pemerdagangan manusia 

dan kematianmu akan diingat sebagai peringatan

dunia tak akan dapat menerima konspirasi jahatmu.

 

Di bawah Pohon Sena kalian disemadikan

purnama di langit cahayanya di atas kuburan

pernah kalian ingin memburu pelangi impian

kemerdekaan dan jati dirimu dan hak sebuah bangsa

 

51. Rohingya dan Tanah Lumpur*

 

Suaramu tertimbus di perbatasan
lumpur khatulistiwa membalutmu
langkahmu telah terputus
dan menemui jalan mati.

Pepohonan rimba saksi
malam penderaan itu
kau tak mendengar ombak laut
angin telah menukar arah
menjauh dari hutan khatulistiwa.

Rohingya, jauh dari tanah Arakan
berpauh pada tanah curam
mereka telah menggelapkan matamu
lalu mencipta langit mimpi
tanjung harapan dalam tidurmu.

Impianmu, kau tak mengira langkah kakimu
menyeberangi sempadan
dan selamat.
tapi perintah itu
telah meregut purnama di puncak gunung
menconteng pelangi bertukar mendung
pada sukmamu.

Di tanah lumpur ini
terkubur cerita Rohingya
suatu perjalanan yang tak kesampaian.

 

Kuala Lumpur

April 2016.

*untuk siaran Utusan Borneo 24 November 2016

 

52. Exodus Rohingya

Perlahan-lahan berkumpul Rohingya

mengalir dari kota dan tanah Arakan

menuju ke sempadan
dan lautan luas.

Rohingya mencari kedamaian
pada langit dan berhanyut pada lautan
ketika malam turun
igau Rohingya ke tanah asing
menuruni lembah dan berlindung
di rimba raya.

Perjalanan ini jalan sehala
jalan pulang telah dihadang
berkurun-kurun Rohingya
memburu mimpi di bumi kelahiran.

Mereka telah menanggalkan
kehormatan dan hak Rohingya
gema suaramu melintasi langit Nusantara
dan negeri bumi bersahabat.

 

Kuala Lumpur

Januari 2015

*Dikirim untuk siaran Utusan Borneo 24 November 2016

 

53. Kelangsungan Hidup

 

Menghukum, katamu? Mata angin bergerak menurut

kemahuan

Lahar gunung meletus kerana tepat pada waktunya

langit dan lautan bergolak bumi bertahan

sejak ribuan tahun

tiap kejadian terpulang bagaimana

mata hati menafsirkan.

 

Sebenarnya kita semakin gundah dalam

kandang sendiri.Melihat kenyataan dari

penglihatan, sedang mata telah rabun

dan otot-ototmu telah kebas dan melemah.

 

Yang melihat dan merasakan

atau yang melihat tanpa berbuat

sama melihat dan duduk di atas pagar.

 

Menghukum? Bukan jawabnya. Yang

difikirkan dan yang dilakukan harus

berjalan sejajar. Kebenaran tak boleh

dalam samar-samar atau disembunyikan.

 

Aku tertegun, ketika  langkah dan

bicaramu jadi kasar dan keras. Seakan

sejarah dilupakan. Sepatutnya kita

mengambil iktibar.

 

Kau merasa terpanggil berkata sesuka

Mengapa kita masih berkata setelah

percakapan ditutup.

 

Sekali kau melafazkan perang

aku membalasmu kedamaian

kerana di situ tersimpan hikmah

kelangsungan hidup.

 

Kota Kinabalu

20 March 2013

 

54. Jalan Kemenangan


Kekerasan tak akan merubah kalbu

menukar iman dan keyakinan ini

kecantikan cahaya kebenaran

tak akan pudar sampai akhir zaman.

 

Kejahatan yang kamu lakukan

samasekali tak akan menukar

purnama menjadi kegelapan

pada malam gerhana.

 

Kamu hanya mendorong dirimu

pada lubang dalam yang kamu

ciptakan sendiri ketika kegilaanmu

tak terkawal.

 

Kebenaran tak akan dapat diconteng

suatu bangsa beradab tak akan terjebak

ikut dalama permainanmu

keadilan dan damai itu sebenarnya jalan kemenangan.

 

Nilai

Disember 2016

 

55. Malam-Malam Derhaka

 

Apalagi yang ingin mereka lakukan selepas ini

bara api dalam kalbu  masih meluap tak puas

amarahnya gunung berapi ingin melutus

selama ini kemahuannya tak sampai.

 

Tiap air kebaikan yang turun di tanah kering

menumbuhkan tunas baru membuahkan

yang manis dan terpilih

sekalipun masih ada bersembunyi dalam gelap.

 

Rencana jahat di malam-malam derhaka

tak akan berputik hanya buih di laut berombak

tapi tetap gegabah dan berhelah dengan siasah

permainan di lapangan ria dan riak.

 

 

Nilai

Disember 2016

 

56. Mimpimu Pada Arakan


Sebatang sungai memisahkan

tanah leluhur dan negara tetangga

kau berdiri di pinggir sungai

memandang ke tanah seberang

tentera Myanmar melihatmu.

 

Sungai ini menentukan

kebebasan yang kau mimpikan

atau maut yang menolakmu

ke dalam sungai.

 

Kau mendengar das tembakan

arus sungai membawa ke tengah

pemburumu makin galak

melepaskan tembakan

dalam remang petang

kau bertarung, tenggelam timbul

menggapai tanah seberang.

 

Tanah Rohingya langit Arakan

melepaskan anak-anak leluhurnya

dari kekejaman tentera

penghapusan etnik Rohingya

dan Jenayah Kemanusiaan.

 

Dalam samar kegelapan

kau berenang seperti anak anjing

mencapai tanah seberang

keinginan hidup dalam dirimu

mendorongmu.

 

Amarah tentera Myanmar

masih kedengaran mencari

jejak-jejak bayangan Rohingya

tanah sempadan ini

terus didatangi pendatang malam.

 

Ketika kau tiba di tanah sempadan

sungai ini ujian terakhir

Rohingya ke tanah kebebasan

dan mimpimu

pada Arakan hidup

dalam pembuangan.

 

Nilai

Disember 2016

 

57. Sungai Naf


Ketika malam samar-samar

kau

pendatang malam

menyusur dada sungai Naf

 

Bulan keletihan

kau tak bisa mendiamkan

degup jantung

tiap langkah adalah

pertarungan.

 

Ada bot ronda arah depan

cuba membaca permukaan

arus

tentera Myanmar telah

sampai di pinggir sungai.

 

Di sini kalian harus berpisah

setelah berhari-hari

bersama dalam buruan.

Arakan telah melepaskanmu

dengan payah

sekali lagi kau dengan

payah melepaskan

yang kau kasihi.

 

Kuala Lumpur

2016

 

58. Damai

 

Hanya  satu kata

lafaz dari lidah

cinta pada kemanusiaan

dari jiwa yang bersih

tanpa ada noda

melekat pada dinding kalbumu.

 

Berita maut

dan kemusnahan

tindakan kegilaan

tak ada hubungan dengan

Tuhan.

 

Memanggil nama suci

dengan kekerasan

dan maut

melakukan kelakuan jahil

hanya tindakan majnun

harus dibantah dan dicabut

sampai ke tunjang.

 

Kamu yang memakai

nama agama

dan menghubungnya

dengan Islam harus

berhenti,

pilihanmu memilih

kezaliman tak akan

melahirkan damai

hanya kematian

hanya kematian.

 

Di dataran terbuka

di bawah langit ini

kami membantah

dan hentikan

pelakuan jahil dan

tindakan kekerasan

derhaka dan durjana.

 

Kedamaian adalah

landasan berpijak

dan biarkan gema suara

kasih berkumandang

tiap pelosok bumi.

 

Nilai

Disember 2016

 

59.  Panggilan Pada Kedamaian

 

Hanya  satu kata

lafaz dari lidah

cinta pada kemanusiaan

dari jiwa yang bersih

tanpa ada noda

melekat pada dinding kalbumu.

 

Berita maut

dan kemusnahan

tindakan kegilaan

tak ada hubungan dengan

Tuhan.

 

Memanggil nama suci

dengan kekerasan

dan maut

melakukan kelakuan jahil

hanya tindakan majnun

harus dibantah dan dicabut

sampai ke tunjang.

 

Kamu yang memakai

nama agama

dan menghubungnya

dengan Islam harus

berhenti,

pilihanmu memilih

kezaliman tak akan

melahirkan damai

hanya kematian

hanya kematian.

 

Di dataran terbuka

di bawah langit ini

kami membantah

dan hentikan

pelakuan jahil dan

tindakan kekerasan

derhaka dan durjana.

 

Kedamaian adalah

landasan berpijak

dan biarkan gema suara

kasih berkumandang

tiap pelosok bumi.

 

Nilai

Disember 2016

 

60. Rohingya Anak Jati Arakan

 

Ketika kamu ditanya

tentang Rohingya

jawabmu liar ke mana-mana

tak berpancang bumi

 

Rohingya anak jati

Arakan

fitnah kau lontarkan

seperti bola-bola api

ingin membakar

dan melenyapkan

langit dan bumi

Rohingya.

 

Kau makin buas

sepak terjangmu

dan amarahmu

telah sampai ke puncak

jahanam.

 

Tenteramu turun bukan

sebagai penyelamat

tapi, sebagai penindas

pemburu zalim

di lapangan terbuka.

 

Kau tak peduli

teguran dan peringatan

matamu api dendam

memburu seperti hygena

Rohingya, tanah leluhur.

 

Di hujung senjatamu

darah Rohingya menitis

sampai di sempadan

malam panjang Rohingya

harus berakhir.

 

Berhenti bertindak algojo

Rohingya anak Jati Arakan

dalam kalbunya damai

Myanmar, kau bukan

sebuah pulau yang terasing.

 

Nilai

2 Januari 2017

 

61. Halaman Rohingya

 

Di lantai bumi

puing-puing rumah hanggus

barah apinya masih tak padam

bau mayat hitam terbakar

dulu perkampungan damai

riuh anak-anak Rohingya

bermain di halaman

langitmu tenang dan jernih

bumimu lembah subur.

 

Suatu siang

kamu melihat polis-polis tentera

berarak memasuki halamanmu

bukan datang membela

tapi membiarkan penceroboh

dan penjahat memusnahkan

harapan dan impianmu.

 

Tirani dan kezaliman

seteru kejahatan

telah mengusirmu

dan ingin menghapus

jejak-jeajak sejarahmu

di bumi Arakan.

 

Kata dan tindakan

telah diputar belit

anjing jalanan pun tak dapat

kau bohongi

kerana kamu memang

seorang penzalim

menyakiti Rohingya.

 

 

Nilai

Januari 2017

 

 

 

 

 

 

Comments